Wikipedia

Hasil penelusuran

Senin, 09 September 2013

Artikel Seni Lukis (Sejarah & Wujud Seni Lukis dalam Beberapa Periode) SENI BUDAYA X

KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan sebesar-besarnya kehadirat Allah SWT. Karena, berkat rahmat-Nya kami mampu menyelesaikan tugas Seni Budaya yang berjudul “Perkembangan Seni Lukis” oleh kelompok 2.
Laporan ini berisi mengenai perkembangan seni lukis mulai dari zaman pra-sejarah, zaman sejarah, Bali, Pendidikan, PKI, hingga modern. Harapan kami, dengan selesainya laporan ini akan bermanfaat bagi penulis serta pembaca. Selain itu, tujuan pembuatan laporan ini adalah untuk menambah wawasan serta kecintaan penulis dan pembaca terhadap Tanah Air Indonesia khususnya dalam bidang seni.


Talun, 5 September 2013

Tim Penyusun








DAFTAR ISI
Kata Pengantar
Daftar Isi
BAB  I Pengertian Seni Lukis
                                    Sejarah Seni Lukis di Indonesia
BAB  II Wujud Seni Lukis
                                    Wujud & Sejarah Seni Lukis Zaman Pra-Sejarah
                                    Wujud & Sejarah Seni Lukis Zaman Sejarah
                                    Wujud & Sejarah Seni Lukis di Bali
                                    Wujud Seni Lukis Pada masa G/30 SPKI
                                    Wujud Seni Dalam Dunia Pendidikan
                                    Wujud Seni Lukis di Era Modern                  
BAB III             Daftar Pustaka

BAB I
Pengertian Seni Lukis
Seni lukis merupakan karya seni rupa berwujud dua dimensi yang dalam penciptaannya mengolah unsur titik, garis, bidang, tekstur, warna, gelap-terang, dan lain-lain melalui pertimbangan estetik. Pada karya seni rupa purbakala, objek yang dipilih kebanyakan berupa bentuk manusia, flora, dan fauna. Karya seni lukis tradisional yang terdapat di Nusantara, antara lain lukisan kaca, lukisan di atas kain, lukisan batik, lukisan wayang beber, dan lukisan pada wayang kulit (sungging). Di Sumbawa, tradisi lukisan dari nenek moyang terdapat pada nisan berukir, lukisan pada tiang, dinding rumah, dan sebagainya.
Dengan kata lain Melukis adalah kegiatan mengolah medium dua dimensi atau permukaan dari objek tiga dimensi untuk mendapat kesan tertentu. Medium lukisan bisa berbentuk apa saja, seperti kanvas, kertas, papan, dan bahkan film di dalam fotografi bisa dianggap sebagai media lukisan. Alat yang digunakan juga bisa bermacam-macam, dengan syarat bisa memberikan imaji tertentu kepada media yang digunakan.
Sejarah Seni Lukis di Indonesia
A.  Seni Lukis Prasejarah Indonesia
Pada zaman prasejarah, seni lukis memegang peranan penting karena setiap lukisan mempunyai makna dan maksud tertentu. Saat zaman itu, lukisan dibuat pada dinding-dinding gua dan karang. Salah satu teknik yang digunakan oleh orang-orang gua untuk melukis di dinding gua adalah menempelkan tengan di dinding gua, lalu disemprot dengan kunyahan daun-daunan atau batu mineral berwarna. Teknik ini dikenal dengan aeorograph.
Contoh, karya seni lukis yang dihasilkan pada zaman prasejarah dapat dilihat di Gua Leang Pattakere di Maros, Sulawesi Selatan (menggabarkan adegan perburuan). Di dinding gua di pantai selatan Irian Jaya (menggambarkan nenek moyang).

B.  Seni Lukis Hindu Klasik Indonesia
Tema yang umum digunakan pada suatu karya seni pada masa ini antara lain ; tema agama, mitologi, legenda, dan cerita sejarah. Contohnya lukisan Bali Klasik yang berisi cerita Ramayana dan Mahabharata. Gaya yang dipakai pada pahatan dindingcandi zaman Majapahit adalah gaya wayang dengan komposisi bidang mendatar yang padat dan sarat dengan stilasi. Fungsi dari lukisan Bali Klasik adalah sebagai media pendidikan sesuai dengan ajaran agama atau falsafah hidup zaman Hindu.
Seni lukis di Bali mulai berlangsung ketika kebudayaan Hindu Jawa Timur terdesak oleh kebudayaan Islam. Perkembangan seni lukis Hindu-Bali dapat diuraikan dalam 3 bagian, seni lukis Kamasan, Pita Maha, Seniman Muda.

C.  Seni Lukis Islam Indonesia
Pada seni Islam, terdapat suatu pantangan untuk melukiskan motif makhluk hidupnya dalam bentuk realistis. Dalam hal ini toleransi Islam mendukung proses kesinambungan tradisi seni rupa sebelumnya, tetapi dengan model baru, seperti hiasan dengan motif stilasi binatang dan manusia dipadukan dengan huruf Arab, baik dalam penerapan elemen estetis pada mesjid, penggarapan seni kriya, lukisan atau kaligrafi.
Biasanya lukisan dibuat sebagai hiasan yang menggambarkan cerita-cerita tokoh dalam pewayangan atau lukisan binatang candra sangkala dan tentang riwayat nabi.

D.  Seni Lukis Indonesia Baru
a.    Latar Belakang
Karya seni lahir dari jiwa seorang seniman melalui pengolahan media dengan bahan, alat, dan teknik tertentu. Seni lukis Indonesia baru berkembang di Indonesia seperti juga kesenian pada umumnya tidak dapat sepenuhnya dipahami tanpa menempatkannya dalam keseluruhan kerangka masyarakat dan kebudayaan Indonesia.
Latar belakang lahirnya seni lukis Indonesia baru adalah sebagai berikut :
1.     Warisan budaya, merupakan bagian dalam pembentukan watak seorang manusia yang berdasar pada hubungan manusia itu dengan keadaan di sekelilingnya
2.    Kekuatan sejarah, yang berupa kejadian-kejadian dan gejala-gejala social yang sdang berlangsung di sekeliling seniman.
3.    Pengaruh Barat, adalah kenyataan yang juga merupakan kekuatan sejarah. Masa penjajahan, misalnya, mengakibatkan persentuhan antara seni lukis Indonesia pada awal pembentukannya dengan seni lukis Barat.
b.    Perkembangan Seni Lukis Indonesia Baru :
a.    Masa Raden Saleh (Perintisan)
b.    Masa Indonesia Jelita (Mooi Indie)
c.    Masa Cita Nasional
d.    Masa Pendudukan Jepang
e.    Masa Sesudah Kemerdekaan
f.    Masa Pendidikan Formaol
g.    Masa Seni Lukis Baru di Indoneisa

1.     Masa Raden Saleh Syarif Bustaman (1807-1880)
Raden Saleh Syarif Bustaman ( Terbaya, 1814 -1880 ), putra keluarga bangsawan pribumi mampu melukis gaya/cara barat(alat, media dan teknik) yang natural dan romantis. Mendapat bimbingan dari pelukis Belgia Antonio Payen, pelukis Belanda A. Schelfhouf dan C. Kruseman di Den Haag. Berkeliling dan pernah tinggal di Negara-Negara Eropa.

Ciri-ciri karya lukisan Raden Saleh :
-          Bergaya natural dan romantisme
-          Kuat dalam melukis potret dan binatang
-          Pengaruh romantisme Eropa terutama dari Delacroix.
-          Pengamatan yang sangat baik pada alam maupun binatang

Karya Raden Saleh:
-          Hutan terbkar
-          Perkelahian antara hidup dan mati
-          Pangeran Diponegoro
-          Berburu Banteng di Jawa
-          Potret para Bangsawan

2.    Masa Indonesia Jelita (Mooi Indie)
Selanjutnya muncul pelukis-pelukis muda yang memiliki konsep berbeda dengan masa perintisan, yaitu melukis keindahan dan keelokan alam Indonesia.Keadaan ini ditandai pula dengan datangnya para pelukis luar/barat atau sebagian ada yang menetap dan melukis keindahan alam Indonesia.
Pelukis Indonesia Molek :
-          Abdullah Suriosubroto (1878-1941)
-          Mas Pirngadi (1875-1936)
-          Wakidi
-          Basuki Abdullah
-          Henk Ngantung, Lee Man Fong (dll)
-          Rudolf Bonnet (Bld), Walter Spies (Bel), Romuldo Locatelli, Lee Mayer (Jerman) dan W.G. Hofker.

Ciri-ciri lukisan :
-          Pengambilan obyek alam yang indah
-          Tidak mencerminkan nilai-nilai jiwa merdeka
-          Kemahiran teknik melukis tidak dibarengi dengan penonjolan nilai spiritual
-          Menonjolkan nada erotis dalam melukiskan manusia.

3.  Masa Cita Nasional
Bangkitanya kesadaran nasionalyang dipelopori oleh Boedi Oetomo pada Th.1908. Seniman S. Sudjojono, Surono, Abd. Salam, Agus Djajasumita medirikan PERSAGI (Persatuan Ahli Gambar Indonesia).Perkumpulan pertama di Jakarta ini, berupaya mengimbangi lembaga kesenian asing Kunstring yang mampu menghimpun lukisan-lukisan bercorak modern. PERSAGI berupaya mencari dan menggali nilai-nilai yang mencerminkan kepribadian Indonesia yang sebenarnya.
Hasil karya mereka mencerminkan :
-          Mementingkan nilai-nilai psikologis,
-          Tema perjuangan rakyat ,
-          Tidak terikat kepada obyek alam yang nyata,
-          Memiliki kepribadian Indonesia ,
-          Didasari oleh semangat dan keberanian.
Karya-karya seni lukis masa PERSAGI antara lain :
-          Agus Djajasumita : Barata Yudha, Arjuna Wiwaha, Nirwana, Dalam Taman Nirwana
-          S. Sudjojono: Djongkatan, Didepan Kelambu Terbuka, Mainan, Cap Go meh.
-          Otto Djaya: Penggodaan, Wanita Impian
4.  Masa Pendudukan Jepang
1.     Cita PERSAGI masih melekat pada para pelukis, serta menyadari pentingnya seni lukis untuk kepentingan revolusi.
2.    Pemerintah Jepang mendirikan KEIMIN BUNKA SHIDOSO,Lembaga Kesenian Indonesia –Jepang ini pada dasarnya lebih mengarah pada kegiatan propaganda Jepang.
3.    Tahun 1943 berdiri PUTERA (Pusat Tenaga Rakyat) oleh Bung Karno, Bung Hatta, Ki Hajar Dewantara dan KH Mansur. Tujuannya memperhatikan dan memperkuat perkembangan seni dan budaya. Khusus dalam seni lukis dikelola oleh S. Sudjojono dan Afandi, selanjutnya bergabung pelukis Hendara, Sudarso, Barli, Wahdi dan sebagainya.
Hasil karya mereka mencerminkan :
-          Melanjutkan cerminan dari masa cita Nasional

Tokoh utama pada masa ini antara lain:
-          S. Sudjojono
-          Basuki Abdullah, Emiria Surnasa
-          Agus Djajasumita, Barli
-          Affandi, Hendra dan lain-lain
5.  Masa Setelah Kemerdekaan
Setelah Jepang keluar dari bumi Indonesia, dunia seni lukis mendapatkan angin segar. Masa kemerdekaan benar-benar mendapatkan kebebasan yang sesungguhnya. Hal ini ditandai dengan munculnya berbagai kelompok atau perkumpulan seniman,yaitu antara lain :
1.     Pada tahun 1946 berdiri SIM (Seniman Indonesia Muda) yang sebelumnya bernama “Seniman masyarakat”. Dipimpin oleh S. Sudjojono, anggotanya : Affandi, Sudarso, Gunawan, Abdus Salam, Trubus dan sebagainya.
2.    Pada tahun 1947 berdiri perkumpulan pelukis rakyatyang dipimpin oleh Affandi dan Hendra yang keluar dari perkumpulan SIM. Anggota dari pelukis rakyat antara lain : Hendra, Sasongko, Kusnadi dan sebagainya.
3.    Pada tahun 1948 berdiri perkumpulan yang memberikan kursus menggambar, yaitu Prabangkara. Selanjutnya para tokoh SIM, Pelukis rakyat dkk. merumuskan pendirian lembaga pendidikan Akademi Seni Rupa.Tokoh perintisan lembaga tersebut antara lain S. Sudjojono, Hendra Gunawan, Djayengasmoro, Kusnadi, Sindusisworo dan lain-lain.
4.    Pada tahun 1950 di Bandung berdiri Balai Perguruan Tinggi Guru Gambaryang dipelopori oleh Prof. Syafei Sumarja dibantu oleh Muhtar Apin, Ahmad Sadali, Sudjoko, Edi Kanta Subraka dan lain-lain.
5.    Pada tahun 1959 Balai Perguruan Tinggi Guru Gambar berubah menjadi jurusan Seni Rupa pada Institut Teknologi Bandung.

6.  Masa Pendidikan Formal
Pada masa ini ditandai dengan lebih mantap berdirinya pendidikan formal
1.     Berdirinya ASRI( Akademi Seni Rupa Indonesia ) Tanggal 18 Januari 1948 di Yogyakarta dengan direktur R.J. Katams.
2.    Perguruan Tinggi Guru Gambar(sekarang jurusan seni rupa ITB) yang dipelopori oleh Prof. Syafei Sumarja di Bandung.
3.    Guru gambar pada tingkat sekolah-sekolah menengah menuntut terbentuknya jurusan seni rupa pada perguruan tinggi Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikanyang terbesar di Indonesia.
Pelukis-pelukis akademis, seperti:
Widayat, Bagong Kusudiharjo, Edhi Sunarso, Saptoto, G. Sidharta, Abas Alibasyah, Hardi, Sunarto, Siti Rulyati, Mulyadi, Irsam, Arief Sudarsono, Agus Dermawan, Aming Prayitno, dan lainnya (Yogyakarta). Popo Iskandar, Achmad Sadali, But Muchtar, Srihadi, A.D. Pirous, Hariadi, Kabul Suadi, Sunaryo, Jim Supangat, Pandu Sadewa, T. Sutanto. (Bandung)
7.  Masa Seni Lukis Baru di Indonesia
Pada sekitar tahun 1974, perkembangan seni rupa Indonesia disemarakkan oleh munculnya seniman-seniman muda yang berlatar belakang berbeda, yaitu seniman yang mendapatkan pendidikan formal dan otodidak sama-sama mencetuskan aliran yang tidak dapat dikelompokkan pada aliran/corak yang sudah ada dan merupakan corak baru dalam kancah seni rupa Indonesia.
Kesenian yang diciptakan berlandaskan pada konsep :
-          Tidak membeda-bedakan disiplin seni
-          Mengutamakan ekspresi
-          Menghilangkan sikap mengkhususkan cipta seni tertentu
-          Mengedepankan kreatifitas dan serta ide baru
-          Besifat eksprimental

Pelopor Masa Indonesia Baru :
-          Jim Supangkat,
-          Nyoman Nuarta,
-          S. Primka,
-          Dede Eri Supria,
-          Redha Sorana dan sebagainya.









BAB II
Wujud Seni Lukis
1.     Wujud & Sejarah Seni Lukis Zaman Pra-Sejarah
Zaman prasejarah
Secara historis, seni lukis sangat terkait dengan gambar. Peninggalan-peninggalan prasejarah memperlihatkan bahwa sejak ribuan tahun yang lalu, nenek moyang manusia telah mulai membuat gambar pada dinding-dinding gua untuk mencitrakan bagian-bagian penting dari kehidupan. Sebuah lukisan atau gambar bisa dibuat hanya dengan menggunakan materi yang sederhana seperti arang, kapur, atau bahan lainnya. Salah satu teknik terkenal gambar prasejarah yang dilakukan orang-orang gua adalah dengan menempelkan tangan di dinding gua, lalu menyemburnya dengan kunyahan dedaunan atau batu mineral berwarna. Hasilnya adalah jiplakan tangan berwana-warni di dinding-dinding gua yang masih bisa dilihat hingga saat ini. Kemudahan ini memungkinkan gambar (dan selanjutnya lukisan) untuk berkembang lebih cepat daripada cabang seni rupa lain seperti seni patung dan seni keramik.
Seperti gambar, lukisan kebanyakan dibuat di atas bidang datar seperti dinding, lantai, kertas, atau kanvas. Dalam pendidikan seni rupa modern di Indonesia, sifat ini disebut juga dengan dwi-matra (dua dimensi, dimensi datar).
Objek yang sering muncul dalam karya-karya purbakala adalah manusia, binatang, dan objek-objek alam lain seperti pohon, bukit, gunung, sungai, dan laut. Bentuk dari objek yang digambar tidak selalu serupa dengan aslinya. Ini disebut citra dan itu sangat dipengaruhi oleh pemahaman si pelukis terhadap objeknya. Misalnya, gambar seekor banteng dibuat dengan proporsi tanduk yang luar biasa besar dibandingkan dengan ukuran tanduk asli. Pencitraan ini dipengaruhi oleh pemahaman si pelukis yang menganggap tanduk adalah bagian paling mengesankan dari seekor banteng. Karena itu, citra mengenai satu macam objek menjadi berbeda-beda tergantung dari pemahaman budaya masyarakat di daerahnya.
Pada satu titik, ada orang-orang tertentu dalam satu kelompok masyarakat prasejarah yang lebih banyak menghabiskan waktu untuk menggambar daripada mencari makanan. Mereka mulai mahir membuat gambar dan mulai menemukan bahwa bentuk dan susunan rupa tertentu, bila diatur sedemikian rupa, akan nampak lebih menarik untuk dilihat daripada biasanya. Mereka mulai menemukan semacam cita-rasa keindahan dalam kegiatannya dan terus melakukan hal itu sehingga mereka menjadi semakin ahli. Mereka adalah seniman-seniman yang pertama di muka bumi dan pada saat itulah kegiatan menggambar dan melukis mulai condong menjadi kegiatan seni.
2.     Wujud & Sejarah Seni Lukis Zaman Sejarah
Yang dimaksud dengan masa sejarah adalah masa dimana manusia sudah mengenal tulisan atau zaman ketika sudah ditemukan bukti tertulis yang sezaman.
Perkembangan sejarah masyarakat Indonesia sangat dipengaruhi oleh kebudayaan dari India. Mengapa bisa demikian? (Coba uraikan jawabannya)
Alasan utamanya bahwa semuanya berawal dari pelayaran dan perdagangan. Dimana dengan intensitas hubungan antara kebudayaan Indonesia dan India mau tidak mau karena kebudayaan India lebih maju saat itu maka memberikan pengaruh yang sangat besar bagi kebudayaan di Indonesia.
Pengaruh kebudayaan India tersebut antara lain dalam bidang:
1. Pemerintahan
Sebelum berhubungan dengan India, kepemimpinan di Indonesia adalah suku-suku yang dipegang oleh seorang kepala suku kemudian berkembang menjadi kerajaan yang dipimpin oleh seorang raja. Selanjutnya raja menurunkan kekuasaannya kepada keturunannya
2. Bidang Sosial
Di Indonesia berkembang sistem kehidupan sosial berdasarkan kasta. Yaitu pembagian masyaraka dalam kelas-kelas tertentu. Ada kasta Brahmana, Ksatria, Waisya dan Sudra.
3. Bidang budaya
- Berkembangnya tulisan yaitu sansekerta dengan huruf Pallawa
- Berkembangnya seni bangunan, yaitu dengan dibangunnya candi, kuil, dll.
- Berkembangnya seni hias, yaitu gambar-gambar, atau relief di dinding-dinding candi
- Berkembangnya kesusasteraan, yaitu kebudayaan Indonesia menyadur kebudayaan India. Contoh Cerita Ramayana dan Mahabarata
b. Rekaman tertulis dalam tradisi sejarah Indonesia berwujud:
1). Prasasti, yaitu tulisan yang terdapat pada sebuah batu yang dibuat atas perintah raja yang tujuannya untuk memperingati bahwa telah terjadi peristiwa besar pada masa itu
2). Kitab, yaitu hasil tulisan para pujangga kerajaan pada masa lalu yang menceritakan kondisi masyarakat dan kerajaan pada masa itu.
3). Dokumen, yaitu surat berharga yang dapat dijadikan sebagai bukti atau keterangan yang diinginkan dari dokumen tersebut.
            Jadi pada zaman sejarah, kita dapat menemukan gambar-gambar, atau relief di dinding-dinding candi. Hal ini membuktikan, bahwa sejak zaman dahulu lukisan memang sudah digunakan. Karena, lukisan (gambar) memiliki nilai keindahan tersendiri.
3.     Wujud & Sejarah Seni Lukis di Bali
      Sebagai daerah tujuan wisata terkenal , di Bali terdapat banyak sekali tempat untuk membeli lukisan-lukisan cantik untuk menghias dinding rumah anda. Di sepanjang jalan di Pantai Kuta, Legian dan Seminyak, di Sanur, di Nusa Dua, di Pasar Seni Sukawati, di Pasar Seni Guwang, di toko oleh-oleh khas Bali seperti Kampung Bali atau Krisna, ataupun di obyek-obyek wisata seperti di Tanah Lot terdapat banyak toko yang menjual lukisan-lukisan khas Bali ataupun lukisan modern.

            Namun bila anda bukan orang yang hanya sekedar memburu lukisan dengan harga murah, namun ingin mengoleksi lukisan-lukisan yang memiliki nilai artistik yang lebih tinggi dengan kualitas yang bagus, maka anda harus meluangkan waktu berburu lukisan di berbagai galeri-galeri lukisan yang ada di desa Batuan, Lod Tunduh, Pengosekan, Peliatan dan Ubud. Di galeri-galeri lukisan tersebut anda dapat melihat karya-karya pelukis Bali yang paling berbakat dari berbagai aliran seni yang ada di Bali, baik itu Gaya Klasik Kamasan, Gaya Klasik Batuan, Gaya Tradisional Ubud, Gaya Tradisional Pengosekan, Gaya Naive atau Young Artist, Gaya Modern, dan karya-karya pelukis Barat atau pelukis Indonesia lainnya yang banyak mengambil tema dari kehidupan masyarakat Bali.

            Mula-mula di Bali tidak dikenal lukisan komersial. Yang ada hanyalah lukisan sebagai kesenian sakral, karena semata-mata dipergunakan sebagai hiasan di tempat-tempat pertunjukan, di istana-sitana bangsawan dan di pura-pura, baik itu sebagai umbul-umbul, kober ataupun sebagai langse dan ider-ider. Para seniman tidak menjual lukisan hasil karyanya kepada masyarakat umum, namun hidupnya dijamin oleh keluarga raja dan para bangsawan yang memberinya pekerjaan tetap untuk menghias berbagai istana dan tempat ibadah yang mereka bangun. Bahkan ada satu desa, misalnya Desa Kamasan di sebelah selatan Kota Semarapura atau Klungkung yang hampir seluruh penduduknya berprofesi sebagai pelukis sejak jaman kerajaan dulu hingga sekarang karena mereka dulu memang pelukis-pelukis yang bekerja pada raja Klungkung sehingga ditempatkan secara bersama-sama di desa Kamasan dan selalu dipekerjakan raja untuk menghias istana (puri) dan tempat ibadah (pura) yang dibangun keluarga raja ataupun para bangsawan lainnya.

Lukisan Gaya Kamasan
            Lukisan gaya Kamasan disebut juga Lukisan Gaya Klasik Kamasan karena lukisan gaya ini berasal dari jaman keemasan kerajaan Bali kuno yang belum mendapat pengaruh Eropa ataupun pengaruh luar lainnya. Temanya biasanya berasal dari dongeng tentang kehidupan para dewa, kehidupan kalangan bangsawan dan dongeng-dongeng binatang atau Tantri. Jarang terdapat lukisan klasik tentang kehidupan masyarakat umum. Warna-warnanya biasanya diambil dari warna alam, misalnya untuk warna putih dipergunakan tulang yang dihancurkan, untuk warna hitam dipergunakan arang, untuk warna biru dipergunakan rumput taum, untuk warna merah digunakan babakan kayu Sunti, sedangkan untuk warna kuning diambil dari minyak Kemiri, yang kemudian dicampur dengan perekat sehingga menempel pada kanvas. Lukisan Gaya Klasik Kamasan hanya memakai dua dimensi saja, panjang dan lebar, tidak ada perspektif sehingga jauh dekat tidak terlihat, sedangkan obyek yang dilukis terlihat seperti wayang, datar tanpa sudut pandang (perspektif) ataupun kedalaman.

Lukisan Gaya Batuan
            Lukisan yang sangat mirip dengan Gaya Klasik Kamasan adalah Gaya Klasik Batuan, bedanya adalah media dan pewarna lukisannya yaitu Gaya Klasik Batuan biasanya memakai kertas untuk media menggambar, dan sebagai pewarna mereka biasanya memakai tinta cina karena yang sangat ditonjolkan adalah efek berlawanan antara terang-gelap. Sekarang selain tinta cina juga banyak dipakai warna lain selain hitam putih. Ciri lainnya adalah lukisan ini sangat mengutamakan detail-detail sampai yang sekecil-kecilnya sehingga terkesan sangat rumit membuatnya. Lukisan Gaya Klasik Batuan biasanya melukiskan ceritra-ceritra rakyat Bali, dongeng-dongeng rakyat dan semacamnya sehingga membutuhkan pemahaman tentang kepercayaan rakyat Bali untuk memahami tema lukisannya. Walaupun demikian, para pelukis muda seperti I Made Budi, banyak menggambar di luar pakem tradisional, bahkan tema-tema yang sangat up-to date dilukisnya seperti turis main surfing di laut, kedatangan Presiden Ronald Reagan di Bali, dan yang lainnya.

            Setelah Bali dikuasai oleh Belanda pada tahun 1908, para ilmuwan dan para seniman Barat berdatangan ke Bali atas undangan Raja Ubud, Cokorda Sukawati, yang sangat menyukai kesenian, di antaranya para pemusik, para perancang tari, para penulis dan para pelukis. Raja Ubud ini mengundang seniman-seniman barat yang dikenalnya untuk datang dan menetap di Ubud. Beberapa di antaranya diberinya hadiah tanah untuk membangun studio dan rumah, misalnya Walter Spies, seniman lukis-musik asal Jerman yang datang pada tahun 1920, membangun rumahnya di Hotel Campuhan saat ini, bertingkat dua dengan kolam renang dengan pemandangan indah ke Sungai Campuhan. Miguel dan Rosa Covarrubias dari Meksiko, datang dan menetap di Bali sejak 1930. Mereka menulis buku The Island of Bali yang hingga kini masih menjadi acuan semua buku tentang Pulau Bali. Rudolf Bonnet dan Adrian Le Mayeur dari Belgia datang bergabung kemudian. Pada tahun 1936 mereka mendirikan organisasi para seniman Pita Maha bersama I Gusti Nyoman Lempad, I Sobrat dan I Tegalan. Tujuan organisasi ini adalah untuk meningkatkan mutu karya para seniman Bali (ada 100 anggota saat itu) dan membantu menjualkan karya-karya mereka kepada pencinta-pencinta seni di barat. Lebih banyak seniman barat datang ke Bali: Theo Meier dari Swiss, anthropolog Jane Belo dari Amerika Serikat, pemusik Colin McPhee yang bekerjasama dengan Anak Agung Gede Mandra dari Peliatan dalam melakukan eksperimen-eksperimen baru dalam musik. Hans Snell meninggalkan ketentaraan Belanda, menikahi Siti, dan menetap di Ubud. Begitu pula Antonio Blanco, pelukis asal Catalunya, Spanyol-lahir di Filipina, yang menikahi modelnya, Ni Ronji, dan kemudian menetap di Ubud.

            Kedatangan para seniman Barat tersebut banyak mempengaruhi gaya lukisan yang muncul sejak tahun 1930 di Bali, yang kemudian kita kenal sebagai Gaya Tradisional Ubud dan Gaya Tradisional Pengosekan. Tema yang diusung sudah menyentuh rakyat biasa ataupun peristiwa-peristiwa kehidupan sehari-hari, misalnya suasana di sebuah pasar desa, upacara keagamaan di pura, pekerjaan petani di sawah, dan yang semacamnya. Warna-warna yang dipakai adalah warna-warna modern buatan pabrik dengan berbagai macam warna. Lukisan yang dihasilkan merupakan lukisan tiga dimensi yang sudah memperhitungkan perspektif. Para pelukis terkenal Gaya Tradisional Ubud di antaranya adalah Anak Agung Made Sobrat dan I Dewa Nyoman Batuan.

            Pada tahun 1950-an, seorang pelukis Belanda, Arie Smith, mulai mengajak anak-anak petani asal Desa Penestanan untuk melukis setelah mereka kembali dari bekerja di sawah. Mereka dibebaskan untuk melukis menurut ide mereka masing-masing memakai warna-warna yang mereka sukai. Hasil karya mereka kemudian dikenal sebagai Gaya Lukisan Young Artists atau Naive, dengan ciri khas imajinasi anak-anak yang masih lugu, memenuhi bidang gambar tanpa banyak mementingkan kedalaman ataupun perspektif, dengan warna-warna yang kontras dan berani. Tokoh-tokohnya di antaranya I Cakra dan I Ketut Soki.

            Sekarang ini juga terdapat Institut Seni Indonesia (ISI) di Jogjakarta dan di Denpasar sehingga banyak meluluskan pelukis-pelukis intelek yang banyak menghasilkan gaya-gaya lukisan baru, yaitu Gaya Modern atau Kontemporer, baik itu aliran Realis, Surrealis, Impresionis, dan yang lain-lainnya. Banyak yang tetap mengusung tema tradisional namun dilukis dengan gaya modern, misalnya pelukis I Nyoman Gunarsa dari Klungkung.

4.     Wujud Seni Lukis Pada masa G/30 SPKI
Tentang Lambang PKI

            Lambang "sakral" (sebenarnya kurang tepat jika dikatakan lambang PKI, tapi harusnya lambang komunis, karna negara komunis lainya juga menggunakan lambang ini, bukan hanya PKI ) ini membuat sebagian orang yang melihat merinding melihatnya maupun mendengarnya, teringat "sejarah" masa lalu yang kelam PKI dipelajaran sekolah waktu duduk di bangku SD. Puncak-puncaknya pada masa pemerintahan Soeharto.

            Dulu ada yang bilang:
"huss.. jangan bawa gambar nanti ditangkap/diculik/dibunuh loh?"
dan apabila ada gambar tokoh yang dibenci terutama tokoh politik dicoret logo tersebut diatasnya yang menandakan penghinaan sebesar-besarnya (maksud yang mencoret), bahkan ada yang mengidentikkan lambang palu arit ini ibarat senjata tajam yang mencerminkan kekejaman, kekerasan dan merah ibarat kekuasaan dan pertumpahan darah???

            Tapi selama ini apakah anda tahu maksud sebenarnya dari lambang di atas
Lambang palu dan sabit yang menjadi simbol dari komunis memiliki sejarah yang tidak ada hubungannya dengan komunisme. Simbol palu mewakili para buruh dan sabit mewakiti para petani. Setelah revolusi industri di Eropa, kaum buruh dan petani semakin terpinggirkan dan tertindas. Simbol palu dan sabit yang menyilang muncul sebagai bentuk pengkomunikasian bersatunya kaum buruh dan petani dalam revolusi Bolshevik tahun 1917 di Rusia. Di tahun-tahun berikutnya, lambang palu dan sabit menjadi simbol pemberontakan, bahkan sampai sekarang.

            Revolusi para pekerja yang tergolong kalangan bawah tersebut mengundang perhatian dunia. Mereka yang menyepelekan kaum pekerja tidak mengira akan kekuatan yang dimiliki oleh persatuan kaum buruh dan petani. Pihak komunis-sosialis, yang sebelumnya menggunakan bendera merah atau sering dikenal dengan tentara merah, memanfaatkan simbol pekerja tersebut sebagai lambang bendera partai komunis. Tahun 1922 penggunaan lambang palu dan sabit menyilang dengan latar belakang merah diresmikan menjadi bendera komunis di seluruh dunia.

            Simbol merupakan kode untuk berkomunikasi atau pertukaran informasi dalam interaksi sosial. Dari uraian diatas, simbol muncul dalam bentuk lambang palu dan sabit, berupa artefak bendera, atribut, dan lainnya. Peran Artefak dalam Pertukaran Informasi yaitu:
-Sebagai simbol wilayah kekuasaan & sosial
-Sebagai simbol penguat kesatuan etnik
-Sebagai simbol pemeliharaan dan penguatan jaringan pencarian pasangan hidup
-Sebagai simbol penguatan hubungan antar masyarakat
-Sebagai simbol kedudukan struktural

            Pada awalnya, para buruh dan petani menyampaikan eksistensi mereka dalam revolusi melalui simbol palu dan sabit. Simbol ini kemudian menjadi identitas para pekerja kasar sebagai solidaritas, pemersatu dan penguat hubungan antar masyarakat. Apabila revolusi yang dilakukan tidak memunculkan simbol, maka akan sulit untuk menunjukkan keberadaan kaum buruh dan petani di mata dunia, serta sulit untuk menggerakkan kaum pekerja yang lain. Dengan demikian simbol palu dan sabit memiliki arti penting dalam penyampaian pesan revolusi.

            Besarnya pengaruh revolusi palu dan sabit mengakibatkan orang mengidentikkan lambang palu dan sabit sebagai simbol pemberontakan. Dalam perkembangannya, simbol palu dan sabit tidak hanya digunakan oleh kaum pekerja tapi juga kaum borjuis (pelajar) saat menolak kebijakan pemerintah. Simbol ini juga digunakan oleh kaum sosialis yang menjunjung tinggi kesetaraan status.

            Tahun 1922, tentara merah meresmikan simbol palu dan arit yang menyilang dimasukkan ke dalam lambang bendera partai politiknya. Lambang ini memiliki makna bahwa partai komunis menjunjung tinggi para pekerja kasar. Dari sini diharapkan pendukung partai dapat dihimpun dari para buruh dan petani yang cenderung memiliki massa lebih banyak.
Simbol palu dan sabit berubah fungsi dan makna sesuai dengan perkembangan jaman. Makna yang semula dikomunikasikan melalui simbol palu dan sabit berubah interpretasinya sesuai dengan kondisi jaman dan pengalaman sejarah.

            Di Indonesia, sejak peristiwa G 30 S PKI, simbol palu dan sabit menjadi tabu karena diinterpretasikan dengan komunis yang ingin menghancurkan Indonesia dari dalam. Namun setelah lengsernya pemerintahan orde baru, simbol palu dan sabit mulai bermunculan lagi dalam berbagai bentuk dan lambang. Interpretasi orang saat ini bisa beraneka macam terhadap simbol tersebut. Ada yang mengartikan sebagai penganut komunis, penganut sosialis, lambang revolusi, bentuk protes terhadap pemerintahan, dan lainnya. Semua makna tidak salah, kembali ke pengertian simbol yang memiliki banyak arti, dan hanya dipahami oleh manusia, sehingga yang bersangkutan dituntun untuk memahami objek untuk mengetahui makna yang terkandung dalam simbol tersebut.

            Karena adanya lambang tersebut, maka artinya gambar (lukisan) dapat dilihat dalam bentuk lambang yang menunjukkan jati diri, ancaman, kekuasaan, dll. Atau lukisan (gambar) memiliki makna & arti tertentu pada zaman G/30 SPKI

5.     Wujud Seni Dalam Dunia Pendidikan
            Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat.
Fungsi Sosial Seni di bidang Pendidikan
            Pendidikan dalam arti luas dimengerti sebagai suatu kondisi tertentu yang memungkinkan terjadinya transformasi dan kegiatan sehingga mengakibatkan seseorang mengalami suatu kondisi tertentu yang lebih maju. Dalam sebuah pertunjukan seni orang sering mendapatkan pendidikan secara tidak langsung karena di dalam setiap karya seni pasti ada pesan/ makna yang sampaikan. Disadari atau tidak rangsangan-rangsangan yang ditimbulkan oleh seni merupakan alat pendidikan bagi seseorang. Seni bermanfaat untuk membimbing dan mendidik mental dan tingkah laku seseorang supaya berubah kepada kondisi yang lebih baik-maju dari sebelumnya. Disinilah seni harus disadari menumbukan pengalaman estetika dan etika.
Fungsi seni dalam dunia pendidikan memang berperan dalam menunjang lancarnya proses belajar mengajar. Dalam konteks ini karya seni sebagai mediator penyampaian pesan dalam proses belajar. Berbagai metode dalam proses belajar mengajar dari mulai metode verbal maupun non verbal. Seni visual atau seni rupa dapat pula diterpakan dalam pendidikan. Ketika pesan verbal itu perlu sarana pendukung dalam bentuk visual, maka dapat dihadirkan dalam bentuk gambar, lukisan, ilustrasi, ataupun poster. Seni visual mungkin lebih efektif dalam penyampaian gagasan, idea tau cerita, dengan ditunjang olah verbal. Dengan demikian jelaslah seni dapat sebagai penunjang dalam dunia pendidikan.

6.     Wujud Seni Lukis di Era Modern
Beberapa ahli sejarah seni berpendapat bahwa penemuan fotografi telah mengakhiri otoritas seni lukis dalam hal “meniru alam”. Konsep art imitating nature dengan sendirinya akan mejadi konsep usang. Tidak ada seniman yang mampu bersaing dengan fotografi dalam hal: kecepatan, ketepatan, keakuratan, dan kemiripan. Masa itu disebut sebagai masa krisis representasi realitas atau awal kelahiran seni lukis modern.
Sejak itu seni lukis mengambil langkah baru mencoba memapankan kembali otoritasnya, yaitu menggambar realitas dengan cara yang tidak bisa dilakukan fotografi. Paul Cezanne termasuk yang pertama menerapkan langkah itu dengan melukis efek pencerapan dari realitas. Dia menggambarkan pandangan subyektif dari realitas dengan memasuk unsur ketidakpastian di dalamnya. Artinya persepsi kita terhadap suatu objek, baik keragaman sudut pandang maupun keraguan apa yang kita lihat diakumulasikan ke dalam kanvas sebagai konsep menggambar.
Hal ini kemudian mempengaruhi Claude Monet untuk melukis perubahan penglihatan terhadap objek dalam lukisan impresionisnya. Bagi Monet penampakan sebuah objek akan berubah seiring berubahnya posisi matahari atau disebabkan perubahan alam lainnya seperti angin yang menggerakan daun. Oleh karena itu perlu melukis secara cepat supaya tidak ketinggalan momen. Karena tidak mau ketinggalan momen inilah sehingga yang tergambar hanya kesannya saja.
Yang benar-benar berbeda adalah gaya melukis Pablo Picasso. Salah karyanya yang dibuat tahun 1907, Les Demoiselles d’Avignon, dianggap sebagai lukisan modernis sejati pertama. Lukisan ini pula yang memicu lahirnya Kubisme sekitar tahun 1907 yang kemudian dikembangkan oleh Cezanne, Georges Braque, dan lainnya. Keunikan dari lukisan Kubis ala Piccasso adalah menyederhanakan bentuk objek menjadi bentuk geometri dan memunculkan berbagai sudut pandang secara bersamaan yang tumpah tindih dalam satu kanvas. Cara ini dianggap sebagai satu model anti-representansional dari deformasi yang mampu memapankan kembali otoritas seni dengan menggambar realitas dalam cara yang berbeda.
Abstraksionis lahir untuk memperpanjang definisi seni lukis modern. Abstraksionis menawarkan gagasan untuk menyajikankan sesuatu yang tak terlihat tetapi bisa dibayangkan kebesarannya atau biasa disebut realitas sublim. Pelukis Rusia, Kasimir Malevich pada tahun 1915 menyajikan “Keagungan yang tak tergambarkan” dengan melukis bujur sangkar putih pada latar putih. Sementara pelukis abtrak Piet Mondrian mencoba menghapus semua bentuk realitas dan menggantikannya dengan garis, warna dan dikomposisikan secara berbeda dari apa yang terlihat pada alam nyata. Lukisan Mondrian memperlihatkan secara jelas evolusi dari naturalis ke abstrak murni yang secara perlahan mencoba menghapus semua “jejak” realitas dalam karya-karyanya.
Penggunaan mesin pembunuh pada Perang Dunia Pertama telah mendorong lahirnya Dadaisme (1916-1924). Sebenarnya Dadaisme adalah sebuah gerakan seni yang melibatkan seniman-seniman sastra, seni rupa, seni pertunjukan, dan musik untuk memprotes pembunuhan manusia dengan penggunaan mesin perang secara luas dalam Perang Dunia Pertama. Namun dari kemunculan Dadaisme belakangan menginspirasi lahirnya surealisme dan pop-art.
Hampir sama dengan Dadaisme, gerakan COBRA muncul tidak lama setelah Perang Dunia Kedua. COBRA adalah akronim dari Copenhague, Bruxelles dan Amsterdam yang merupakan nama ibu kota dari negara-negara senimannya berasal. Gerakan ini didirikan karena kecewa atas kejadian selama Perang Dunia Kedua yang merusak segala sesuatu. Perusakan-perusakan ini justru disebabkan oleh peradaban dunia Barat sendiri. Karena itu mereka ingin kembali ke peradaban yang belum tersentuh oleh aturan-aturan peradaban Barat. Maka dicarilah sumber-sumber inspirasi dari dunia primitif, naif, anak-anak, dan bahkan orang gila.
Seni lukis modern mengalami krisis pada awal tahun 1970. Penyebab terjadi krisis ini antara lain adalah penciptaan karya seni lukis menjadi terlalu mudah, setiap gaya dari sebuah karya yang baru diciptakan seolah-olah telah ada sebelumnya. Karena penciptaan karya yang terlalu mudah dan jenis karya seni lukis pun tidak terbatas jumlahnya, maka timbul kekaburan batas-batas estetika. Sampai akhirnya ada seruan bahwa segala sesuatu telah sampai pada akhir.





                                                                                                 















BABIII
Daftar Pustaka
·       A.W, Sukimin, 2007.Terampil Berkarya Seni Rupa 1. Solo : Tiga Serangkai Pustaka Mandiri.
·       http://klikbelajar.com/pengetahuan-sosial/peristiwa-g-30-spki-1965/
·       http://sekedar-tahu.blogspot.com/2010/01/arti-lambang-komunis.html

1 komentar: