Wikipedia

Hasil penelusuran

Rabu, 19 Maret 2014

PERILAKU KONSUMEN DAN PRODUSEN

PERILAKU KONSUMEN DAN PRODUSEN
a. Manfaat dan nilai suatu barang
Kegunaan adalah kemampuan benda untuk memenuhi kebutuhan manusia.
Macam-macam kegunaan benda :
1.    Kegunaan dasar (element utility), yaitu benda memiliki kegunaan karena dapat dipakai untuk membuat barang lain.
Contoh :
·      Tebu sebagai bahan pembuat gula
·      Kapas sebagai bahan pembuat benang
2.    Kegunaan bentuk (form utility), yaitu benda memiliki kegunaan bila diubah menjadi bentuk lain.
Contoh :
·      Kayu diubah menjadi kursi
·      Kain diubah menjadi baju
3.    Kegunaan tempat (place utility), yaitu benda memiliki kegunaan bila dipindah ketempat lain.
Contoh :
·      Batu di gunung diangkut ke kota sebagai bahan bangunan
·      Pasir di desa diangkut ke kota sebagai bahan bangunan
4.    Kegunaan waktu (time utility), yaitu benda memiliki kegunaan bila terjadi perubahan waktu
Contoh :
·      Payung dan jas hujan menjadi berguna pada saat turun hujan
·      Obat menjadi berguna pada saat jatuh sakit
·      Baju hangat menjadi berguna pada saat musin dingin
5.    Kegunaan milik (ownership utility), yaitu benda memiliki kegunaan bila terjadi perubahan hal milik
Contoh :
·      Ikan di laut menjadi berguna setelah ditangkap (dimiliki)
·      Buku di toko menjadi berguna setelah dibeli (dimiliki)
6.    Kegunaan pelayanan (service utility), yaitu barang memiliki kegunaan bila ada pelayanan yang diberikan
Contoh :
·      Televisi menjadi berguna bila ada siaran
·      Angkutan umum menjadi berguna bila dijalankan

Nilai adalah arti yang diberikan manusia terhadap benda karena benda tersebut dapat dipakai untuk memenuhi kebutuhan manusia atau dapat ditukarkan dengan benda lain.
Dalam ekonomi, nilai dapat dibedakan menjadi 2, yaitu :
1.    Nilai pakai adalah nilai yang diberikan kepada suatu benda karena benda tersebut dapat dipakai untuk memenuhi kebutuhan manusia.
Nilai pakai terdiri atas :
a.    Nilai pakai objektif, yaitu kemampuan yang dimiliki benda karena benda tersebut dapat memenuhi kebutuhan secara umum. (Catatan : nilai pakai objektif = kegunaan/ utilitas)
Contoh :
·      Payung dapat dipakai untuk melindungi badan dari hujan
b.    Nilai pakai subjektif, yaitu arti yang diberikan kepada benda karena benda tersebut dapat dipakai untuk memenuhi kebutuhannya secara khusus.
Contoh :
·      Raket mempunyai nilai pakai yang lebih besar bagi pemain bulutangkis daripada bagi petani
·      Jala mempunyai nilai pakai yang lebih besar bagi nelayan daripada bagi dokter
2.    Nilai tukar adalah nilai yang diberikan kepada suatu benda karena benda tersebut dapat ditukar dengan benda lain
a.    Nilai tukar objektif, yaitu kemampuan yang dimiliki benda karena benda tersebut dapat ditukar dengan benda yang lain yang berlaku secara umum.
Contoh :
·      Beras dapat ditukar dengan sejumlah jagung
·      Uang dapat ditukar dengan gula atau dengan barang lain
b.    Nilai tukar subjektif, yaitu arti yang diberikan kepada benda karena benda tersebut dapat ditukar dengan benda lain
Contoh :
·      Menurut pemain bulutangkis, raket dapat ditukarkan dengan RP 400.000,-. Tapi menurut petani, raket hanta dapat ditukar dengan uang Rp 20.000,-
·      Menurut kolektor barang antik, sebuah meja kuno Belanda dapat ditukar dengan uang Rp 10.000.000,-, tapi menurut seorang nelayan meja tersebut hanya dapat ditukar dengan uang Rp 100.000,-

b.   Perilaku konsumen dan produsen
A.  Perilaku konsumen
1.    Pengertian konsumsi
Konsumsi adalah kegiatan manusia yang mengurangi atau menghabiskan guna barang atau jasa yang ditujukan langsung untuk memenuhi kebutuhan hidupnya
2.    Tujuan konsumsi
a.    Memenuhi kebutuhan jasmani/ fisik, contoh : makan, minum, disuntik, dll
b.    Memenuhi kebutuhan rohani, contoh : menyaksikan hiburan, meminta petunjuk ulama, dll
c.    Mendapat penghargaan dari orang lain
3.    Pola konsumsi
Adalah susunan kebutuhan seseorang terhadap barang dan jasa yang akan dikonsumsi dalam jangka waktu tertentu, yang dipenuhi dari pendapatannya.
Faktor-faktor yang mempengaruhi pola konsumsi seseorang :
a.    Pendapatan
b.    Tingkat pendidikan/ pengetahuan
c.    Kondisi tempat tinggal iklim
d.   Jenis pekerjaan
e.    Tingkat peradaban bangsa
f.     Kebiasaan dan kondisi sosial budaya masyarakat
g.    Tinggi rendahnya harga barang dan jasa
h.    Selera yang sedang berkembang di masyarakat

Ada 2 macam pendekatan didalam teori perilaku konsumen yaitu Pendekatan Kardinal dan Pendekatan Ordinal .

Pendekatan Kardinal
       disebut juga dengan pendekatan marginal itulity .Pendekatan kardinal dalam analisis konsumen didasarkan pada asumsi bahwa tingkat kepuasan yang diperoleh konsumen dari konsumsi suatu barang dapat diukur dengan satuan tertentu seperti uang , jumlah atau buah . Semakin besar jumlah barang yang dikonsumsi , semakin besar pula tingkat kepuasaan konsumen . Konsumen yang relasional akan berusaha memaksimumkan kepuasaanya dengan pendapatan yang lebih .Tingkat kepuasan konsumen terdiri dari dua konsep yaitu kepuasan total (total utility) dan kepuasan tambahan (marginal utility). Kepuasan total adalah kepuasan menyeluruh yang diterima oleh individu dari mengkonsumsi sejumlah barang atau jasa. Sedangkan kepuasan tambahan adalah perubahan total per unit dengan adanya perubahan jumlah barang atau jasa yang dikonsumi

Pendekatan Ordinal
         Pendekatan ordinal menyatakan bahwa kepuasan tidak dapat diukur melainkan hanya dapat dibandingkan. Dalam pendekatan ordinal ini, kita akan mengenal konsep sebagai berikut : Garis Anggaran ( Budget Line ) Kurva yang menggambarkan kombinasi dari dua macam barang yang dikonsumsi yang menghabiskan anggaran yang sama. Kurva Indiferens ( Indifference Curve ) Kurva yang menggambarkan kombinasi dari dua macam barang yang dikonsumsi yang menghabiskan anggaran yang sama.
            Mendasarkan pada asumsi bahwa kepuasan tidak bisa dikuantitatifkan dan antara satu konsumen dengan konsumen yang lain akan mempunyai tingkat kepuasan yang berbeda dalam mengkonsumsi barang dalam jumlah dan jenis yang sama. Oleh karena itu kemudian muncul pendekatan ordinary yang menunjukkan tingkat kepuasan mengkonsumsi barang dalam model kurva indifferent. Pendekatan ordinal berdasarkan pembandingan sesuatu barang dengan barang yang lain, lalu memberikan urutan dari hasil pembandingan tersebut. Contoh penggunaan metode ordinal antara lain dalam suatu lomba atau kejuaraan, pengukuran indeks prestasi dan pengukuran yang sifatnya kualitatatif misalnya bagus, sangat bagus, paling bagus.
            Kelemahan pendekatan kardinal terletak pada anggapan yang digunakan bahwa kepuasan konsumen dari mengkonsumsi barang dapat diukur dengan satuan kepuasan. Pada kenyataannya pengukuran semacam ini sulit dilakukan. Pendekatan ordinal mengukur kepuasan konsumen dengan angka ordinal (relatif).Tingkat kepuasan konsumen dengan menggunakan kurva indiferens(kurva yg menunjukkan tingkat kombinasi jumlah barang yang dikonsumsi yang menghasilkan tingkat kepuasan yang sama).
A. Kurva Indiferensi ( Indiference Curve )
            Menurut Teori Ordinal, kegunaan tidak dapat dihitung tetapi hanya dapat dibandingkan, sebagaimana kita menilai kecantikan atau kepandaian seseorang. Untuk menjelaskan pendapatnya, Teori Ordinal menggunakan kurva indiferensi (indiferensi curve). Kurva indiferensi adalah kurva yang menunjukkan berbagai kombinasi konsumsi dua macam barang yang memberika tingkat kepuasan yang sama bagi seorang konsumen. Suatu kurva indiferensi atau sekumpulan kurva indiferensi (yang disebut peta indiferensi atau indifference map), dihadapi oleh hanya seorang konsumen.
Ciri-ciri kurva indiferens:
a)      Berlereng/ slope negatif. Hal ini menunjukkan apabila dia ingin mengkonsumsi barang X lebih banyak maka harus mengorbankan konsumsi terhadap barang Y
b)      Cembung ke titik Origin ( Convex ) . Derajat penggantian antar barang konsumsi semakin menurun. Hal ini masih berkaitan dengan hukum Gossen, di mana apabila pada titik tertentu semakin banyak mengkonsumsi barang X akan mengakibatkan kehilangan atas barang X tidak begitu berarti dan sebaliknya atas barang Y
c)      Tidak saling berpotongan. Ini berakitan dengan asumsi bahwa masing – masing kurva indiferent menunjukkan tingkat kepuasan yang sama. Dengan pengertian apabila A = B dan A = C maka otomatis C = B padahal yang terjadi tidak demikian.
d)     Semakin ke kanan menunjukkan tingkat kepuasan yang semakin tinggi. Ketika kurva bergeser ke kanan akan menunjukkan kombinasi barang X dan Y yang bisa dikonsumsi oleh seseorang semakin banyak. Hal inilah yang menyebabkan semakin bertambahnya kepuasan dengan pergeseran kurva ke kanan.

B. Kurva Garis Anggaran ( Budget Line Curve )
            Garis Anggaran (budget line) adalah kurva yang menunjukkan kombinasi konsumsi dua macam barang yang membutuhkan biaya (anggaran) yang sama besar. Misalnya garis anggaran dinotasikan sebagai BL, sedangkan harga sebagai P ( Px untuk X dan Py untuk Y ) dan jumlah barang yang dikonsumsi adalah Q ( Qx untuk X dan Qy untuk Y ), maka: BL = Px.Qx + Py.Qy.
Persamaan Kardinal dan Ordinal:
Persamaan kardinal dan ordinal yaitu sama-sama menjelaskan tindakan konsumen dalam mengkonsumsi barang-barang yang harganya tertentu dengan pendapatan konsumen yang tertentu pula agar konsumen mencapai tujuannya (maximum utility)

Perbedaan kardinal dan Odinal :
Pandangan antara besarnya utility menganggap bahwa besarnya utiliti dapat dinyatakan dalam angka atau bilangan. Sedangkan analisis ordinal besarnya utility dapat dinyatakan.dalam bilangan atau angka. Analisis kardinal mengunakan alat analisis yang dinamakan marginal utiliy(pendekatan marginal). Sedangkan analisis ordinal menggunakan analisis indifferent curve atau kurva kepuasan sama .

B.  Perilaku produsen
1.    Pengertian produksi
Adalah setiap kegiatan atau usaha manusia untuk menghasilkan atau menambah guna barang dan jasa.
2.    Tujuan produksi
a.    Memenuhi kebutuhan manusia
b.    Mencari keuntungan atau laba
c.    Menjaga kelangsungan hidup perusahaan
d.   Meningkatkan mutu dan jumlah produksi
e.    Mengganti barang-barang yang aus dan rusak karena dipakai atau karena bencana alam.
3.    Bidang-bidang produksi
a.    Bidang ekstraktif, yaitu produksi yang memungut langsung hasil yang disediakan alam tanpa melakukan pengolahan lebih lanjut. Seperti : pertambangan, penangkapan ikan.
b.    Bidang agraris, yaitu produksi yang mengolah alam untuk memelihara tanaman dan hewan. Seperti : pertanian, perkebunan, peternakan.
c.    Bidang industri, yaitu produksi yang mengolah :
1)   Bahan mentah menjadi barang jadi
Contoh : kedelai diolah menjadi tempe
2)   Bahan mentah menjadi barang setengah jadi
Contoh : kapas diolah menjadi benang pintalan
3)   Bahan setengah jadi menjadi barang setengah jadi
Contoh : pintalan benang diolah menjadi kain
4)   Bahan setengah jadi menjadi barang jadi
Contoh : kain diolah menjadi pakaian
d.   Bidang perdagangan, yaitu produksi yang mengumpulkan dan menjual kembali hasil produksi kepada yang memerlukan untuk memperoleh keuntungan. Seperti : toko, supermarket, kios.
e.    Bidang jasa, yaitu produksi yang membantu dan memperlancar proses produksi tanpa ikut membuat barang itu sendiri. Jadi, bidang produksi jasa tidak menghasilkan barang melainkan hanya menghasilkan jasa.
Contoh : perbankan, angkutan, asuransi.
4.    Tingkatan produksi
a.    Primer, yaitu produksi yang menghasilkan bahan-bahan dasar yang bisa langsung dikonsumsi atau yang akan digunakan dalam proses produksi selanjutnya. Bidang produksi ekstraktif dan agraris merupakan tingkat primer.
b.    Sekunder, yaitu produksi yang mengolah bahan-bahan dasar yang dihasilkan oleh tingkat produksi primer. Bidang produksi industri merupakan tingkat produksi sekunder.
c.    Tersier, yaitu produksi yang bersifat memperlancar proses produksi dan menyalurkan hasil produksi. Bidang produksi perdagangan dan jasa merupakan produksi tingkat tersier.
5.    Faktor-faktor produksi
a.    Faktor produksi alam, yaitu faktor produksi yang disediakan oleh alam, meliputi tanah, kekayaan hutan, kekayaan laut, air, iklim, dll.
b.    Faktor produksi tenaga kerja, yaitu faktor produksi yang berupa tenaga kerja manusia.
Berdasarkan sifatnya, faktor produksi tenaga kerja dibagi :
1)   Tenaga kerja jasmani, yaitu kegiatan kerja yang lebih banyak menggunakan kekuatan jasmani/ fisik. Contoh : tukang, buruh angkut
2)   Tenaga kerja rohani, yaitu kegiatan kerja yang lebih banyak menggunakan kekuatan pikiran/ otak. Contoh : menteri, guru, direktur.
Berdasarkan kemampuan, faktor produksi tenaga kerja dibagi :
1)   Tenaga kerja terdidik (skilled labour), yaitu tenaga kerja yang memerlukan pendidikan khusus dan teratur. Contoh : dokter, guru, akuntan.
2)   Tenaga kerja terlatih (trained labour), yaitu tenaga kerja yang memerlukan latihan-latihan dan pengalaman. Contoh : montir, sopir, koki.
3)   Tenaga kerja tidak terdidik dan tidak terlatih (unskilled and untrained labour), yaitu tenaga kerja yang tidak memerlukan pendidikan dan latihan. Contoh : tukang, kuli, pemulung.
c.    Faktor produksi modal, yaitu semua hasil produksi yang berupa benda yang diciptakan untuk menghasilkan barang atau jasa yang lain. Contoh : mesin-mesin, cangkul, bensin, solar, bahan baku, dll.
Berdasarkan sifat, modal dibagi menjadi :
1)   Modal tetap, yaitu modal yang dapat digunakan lebih dari satu kali proses produksi. Contoh : mesin-mesin, bangunan, kendaraan.
2)   Modal lancar, yaitu modal yang hanya dapat digunakan/ habis dalam satu kali proses produksi. Contoh : bensin, solar, bahan baku seperti kapas untuk pembuatan benang.
Berdasarkan fungsi, modal dibagi menjadi :
1)   Modal masyarakat, yaitu modal yang dipakai dalam proses produksi dan berguna bagi masyarakat. Contoh : jembatan, jalan, kendaraan umum.
2)   Modal perorangan/ individu, yaitu modal yang dimiliki seseorang dan menjadi sumber penghasilan bagi orang tersebut. Contoh : rumah yang dikontrakkan, mobil yang disewakan.
Berdasarkan bentuk, modal dibagi menjadi :
1)   Modal nyata, yaitu modal yang dapat dilihat berupa benda-benda, terdiri atas modal barang dan modal uang. Contoh : mesin, bangunan, kendaraan.
2)   Modal abstrak, yaitu modal yang tidak dapat dilihat tapi sangat penting bagi jalannya proses produksi. Contoh : nama baik perusahaan (good will), hak cipta, hak paten, lokasi perusahaan.
Berdasarkan sumber, modal dibagi menjadi :
1)   Modal sendiri, yaitu modal yang berasal dari perusahaan sendiri. Contoh : modal setoran dari pemilik.
2)   Modal asing, yaitu modal yang berasal dari pihak lain dan sebagainya.
d.   Faktor produksi pengusaha kewirausahaan
Adalah kemampuan yang dimiliki seseorang untuk mengorganisasi/ mengatur dan mengkombinasikan faktor produksi alam, tenaga kerja, dan modal. Agar produksi dapat berjalan lancar, seorang pengusaha hendaknya memiliki keahlian :
1)   Keahlian manajerial (managerial skill), yaitu keahlian dalam mengelola faktor-faktor produksi dengan menggunakan cara-cara yang tepat sehingga diperoleh hasil maksimal.
2)   Keahlian teknologi (tecnological skill), yaitu keahlian khusus yang bersifat teknik yang bisa digunakan demi keberhasilan produksi.
3)   Keahlian organisasi (organizational skill), yaitu keahlian mengatur berbagai kegiatan perusahaan yang bersifat intern maupun ekstern.

6.    Proses produksi
Proses produksi adalah tahap-tahap yang harus dilalui dalam memproduksi barang atau jasa. Dilihat dari caranya, proses produksi dapat digolongkan menjadi empat macam :
a.    Proses produksi pendek, yaitu proses produksi yang pendek/ cepat dan langsung menghasilkan barang atau jasa yang bisa dinikmati konsumen. Contoh : proses produksi makanan, seperti singkong goreng, ptsang goreng.
b.    Proses produksi panjang, yaitu proses produksi yang memakan waktu lama. Contoh : proses produksi menanam padi dan membuat rumah.
c.    Proses terus-menerus/ kontinu, yaitu proses produksi yang mengolah bahan-bahan secara berurutan melalui beberapa tahap pengerjaan sampai menjadi barang jadi. Contoh : proses produksi gula, kertas.
d.   Proses produksi berselingan/ intermitten, yaitu proses produksi yang mengolah bahan-bahan dengan cara menggabungkannya menjadi barang jadi. Misalnya pada proses produksi mobil. Ada bagian yang membuat kerangka, ada bagian yang membuat setir, ada bagian yang membuat ban, kaca, dll. Setelah setiap bagian selesai dengan kerjanya, hasilnya digabungkan menjadi mobil.
7.    Perluasan produksi
Perluasan produksi adalah usaha untuk meningkatkan atau menambah kuantitas (jumlah) dan kualitas (mutu) barang dan jasa yang dihasilkan melalui beberapa cara.
Cara-cara perluasan produksi meliputi :
a.    Ekstensifikasi, yaitu perluasan produksi dengan cara menambah faktor produksi. Contoh : menambah mesin, mendirikan pabrik baru, membuka lahan baru.
b.    Intensifikasi, yaitu perluasan produksi dengan cara memperbesar kemampuan berproduksi dari faktor produksi yang sudah ada, tanpa menambah jumlah faktor produksi. Contoh : untuk meningkatkan hasil pertanian dilakukan dengan cara memilih bibit yang unggul, memperbaiki pengairan, memberi pupuk dengan teratur.
c.    Diversifkasi, yaitu perluasan produksi dengan cara menambah jenis produksi. Contoh : awalnya satu pabrik hanya memproduksi kertas, kemudian pabrik tersebut memproduksi buku gambar, buku tulis dan buku berpetak.
d.   Normalisasi, yaitu perluasan produksi dengan cara menambah keragaman dari satu jenis produksi. Contoh : mula-mula suatu pabrik hanya memproduksi kertas HVS 60 gram lalu ditambah dengan memproduksi HVS 70 gram dan 80 gram.
e.    Spesialisasi, yaitu perluasan produksi dengan cara mengadakan pembagian kerja. Dengan cara pembagian kerja, kualitas barang yang dihasilkan bisa meningkat dan umumnya kuantitas (jumlah) barang juga ikut meningkat, ini disebabkan karena setiap pekerjaan dilakukan oleh orang-orang yang memiliki kemampuan di bidangnya.
f.     Mekanisasi, yaitu perluasan produksi dengan cara menggunakan mesin-mesin yang bisa menghemat waktu dan tenaga, sehingga hasil produksi lebih meningkat baik dari segi kuantitas maupun kualitasnya.
g.    Memberikan fasilitas dan kemudahan, yaitu perluasan produksi yang dilakukan pemerintah sebagai suatu kebijakan umum, diantaranya dengan cara pemberian kredit bagi usaha kecil dan menengah, deregulasi (penyederhanaan peraturan), debirokratisasi (penyederhanaan mekanisme perizinan), mengadakan kursus-kursus peningkatan keterampilan kerja.

           
            Mankiw (2006) mengatakan bahwa Batas Kemungkinan-kemungkinan Produksi (Production Possibilities Frontiers) merupakan grafik yang memperlihatkan kombinasi hasil produksi yang beraneka ragam yang dapat dihasilkan suatu perekonomian dengan ketersediaan faktor-faktor produksi dan teknologi produksi yang dapat digunakan oleh perusahaan untuk merubah faktor-faktor produksi menjadi hasil-hasil produksi.
Berdasarkan pengertian di atas dapat diketahui bahwa Production Possibilities Frontiers menunjukkan berbagai kombinasi hasil-hasil produksi yang mungkin dapat dihasilkan oleh suatu perekonomian. Berbagai kemunginan kombinasi tersebut ditampilkan dalam sebuah grafik (kurva).
Adapun contoh kurva kemungkinan-kemungkinan produksi (Production Possibilities Curve) adalah sebagai berikut:

Description: Batas Kemungkinan-kemungkinan Produksi (Production Possibilities Frontiers - PPF)
Keterangan:
Gambar tersebut di atas menjelaskan batas kemungkinan-kemungkinan produksi barang konsumen (consumer goods) dengan barang modal (capital goods). Dalam kasus ini, apabila semua sumber daya digunakan untuk memproduksi capital goods, maka akan menghasilkan 3000 unit capital goods. Sebaliknya, apabila semua sumber daya digunakan untuk memproduksi consumer goods, maka akan menghasilkan 3000 unit consumer goods.    
            Contoh tersebut merupakan contoh kasus yang ekstrim. Namun apabila seorang produsen ingin membagi-bagi antara capital goods dengan consumer goods, produsen tersebut bisa memilih di titik C maupun D. Di titik C produsen bisa menghasilkan 2500 unit capital goods dan 1500 unit consumer goods.
            Sedangkan untuk tingkat produksi di titik F adalah titik yang diinginkan oleh produsen karena menghasilkan lebih banyak dari kedua jenis barang. Namun hal tersebut tidak mungkin diperoleh karena sumber-sumber dayanya kurang.
            Dengan kata lain, produsen bisa memproduksi di setiap titik pada atau dalam batas kemungkinan-kemungkinan produksi, namun tidak dapat memproduksi di titik manapun di luar batas itu.
            Sebuah hasil dikatakan efisien apabila perekonomian mendapatkan apa yang bisa didapat dari sumber-sumber daya yang tersedia. Titik-titik pada batas kemungkinan (yang terletak pada kurva: titik C dan D) menggambarkan tingkat-tingkat produksi yang efisien, karena semua sumber daya yang ada dimanfaatkan secara penuh. 
            Sedangkan hasil yang tidak efisien terjadi apabila sumber daya yang ada tidak dimanfaatkan atau dimanfaatkan secara tidak efisien. Selain itu, masalah pengangguran yang meluas bisa menjadi salah satu sumber ketidakefisienan tersebut.
            Contoh titik yang tidak efisien terjadi di dalam kurva, yaitu pada titik H. Apabila sumber penyebab tidak efisien tersebut dihilangkan, produsen bisa bergerak ke titik C maupun D.

Trade-Off dan Opportunity Cost
            Salah satu dari sepuluh prinsip pokok ekonomi adalah masyarakat selalu menghadapi tradeoff (pertukaran). Batas kemungkinan-kemungkinan produksi (Production Possibilities Frontiers – PPF) menggambarkan suatu tradeoff yang dihadapi masyarakat.

Mankiw (2006) mengatakan: 
“Sekali produsen telah mencapai titik efisien pada batas, satu-satunya cara mendapatkan suatu barang dalam jumlah yang lebih banyak adalah dengan mengurangi jumlah barang yang lain.”
Misalnya, ketika produsen bergerak dari titik C ke D, produsen tersebut menghasilkan lebih banyak consumer goods (dari 1500 unit menjadi 2500 unit), namun jumlah produksi capital goods harus dikurangi (dari 2500 unit menjadi 1700 unit). 
Prinsip ekonomi yang lain adalah bahwa biaya atas sesuatu adalah apapun yang anda korbankan untuk mendapatkannya (Mankiw, 2006). Hal inilah yang disebut dengan biaya kesempatan (opportunity cost). Production Possibilities Frontiers (PPF) memperlihatkan bahwa biaya kesempatan suatu barang diukur relatif terhadap barang lainnya.
Ketika produsen bergerak dari titik C ke D, yang berarti produsen tersebut ingin mendapatkan tambahan produksi consumer goods sebanyak 1000 unit, maka 800 unit capital goods akan dikorbankan untuk mendapatkan tambahan 1000 unit consumer goods tersebut. 

Iso Quant & Iso Cost
Isokuan
Isokuan sebenarnya merupakan daftar yang merangkum berbagai alternatif yang tersedia bagi produsen atau merupakan kendala teknis bagi produsen. Kombinasi mana yang akan dipilih tergantung pada berapa biaya produksinya (Samsubar Saleh, 2000).

Description: Gambar Kurva Isokuan
Gambar Kurva Isokuan

Dalam jangka panjang, suatu proses produksi adalah jangka waktu dimana semua input atau faktor produksi yang dipergunakan untuk proses produksi bersifat variabel. Dengan input variabel, seorang produsen dapat memilih kombinasi input yang paling menguntungkan untuk menghasilkan output. Demikian pula untuk menghasilkan suatu jumlah output, karena produsen memiliki banyak alternatif kombinasi input yang bias dipilih. Misalnya dengan dua macam input yang bersifat variabel, tenaga kerja dan modal. Untuk memproduksi sejumlah output tertentu, produsen biasanya menggunakan berbagai kombinasi jumlah input, dan dapat digambarkan dalam sebuah kurva isokuan.

Kurva produksi sama (isoquant)
Isoquant menunjukan kombinasi dua macam input yang berbeda yang menghasilkan output yang sama.
Description: Kurva Produksi Sama (Isoquant)
Kurva Produksi Sama (Isoquant)

Ciri-ciri isoquant :
·        Mempunyai kemiringan negatif.
·        Semakin ke kanan kedudukan isoquant menunjukkan semakin tinggi jumlah output.
·        Isoquant tidak pernah berpotongan dengan isoquant yang lainnya.
·        Isoquant cembung ke titik origin.

Isokos
Suatu unit ekonomi berusaha untuk meminimumkan biaya, dengan demikian produksi harus menyesuaikannya. Berbagai kombinasi tenaga kerja dan capital yang membebani perusahaan dengan biaya dalam jumlah yang sama dinamakan isokos.
Description: Gambar Kurva Isokos
Gambar Kurva Isokos
Untuk meminimumkan biaya produksi sejumlah output tertentu, unit kegiatan ekonomi harus memilih kombinasi input yang membebani biaya minimum (least cost combination). Kombinasi ini terjadi pada saat garis isokos menyinggung kurva isokuan atau sama dengan kurva keseimbangan produsen.
Keseimbangan produsen tercapai apabila kemampuan teknis dan kemampuan ekonomis sama. Isokuan menggambarkan kemampuan (kendala) produsen secara teknis dan isokos menggambarkan kemampuan (kendala) produsen secara ekonomis. Maka keseimbangan produsen dicapai melalui penggabungan kemampuan teknis dan kemampuan ekonomis.
Garis ongkos sama/ kurva biaya sama (isocost)
Menunjukkan semua kombinasi dua macam input yang dibeli perusahaan dengan pengeluaran total dan harga faktor produksi tertentu.
Description: Kurva Biaya Sama (Isocost)
Kurva Biaya Sama (Isocost)

c.    Teori perilaku konsumen (tabel dan grafik)
Teori Perilaku Konsumen Menurut Para Ahli
1. Menurut Engel
Engel, seorang sarjana ekonomi Jerman menyatakan: “Semakin kecil pendapatan, semakin besar bagian pendapatan itu ditujukan untuk konsumsi. Dan sebaliknya, semakin besar pendapatan, semakin besar bagian pendapatan itu ditujukan untuk tabungan.” Oleh karena itu, tidak heran bila orang kaya akan semakin kaya dan orang miskin menjadi semakin miskin. Karena orang kaya semakin besar tabungannya, sedangkan orang miskin tidak punya kesempatan menabung, bahkan mereka harus berutang untuk memenuhi konsumsinya.
Selain itu, menurut pengalaman di sejumlah negara maju, jumlah tabungan orang kaya selalu bertambah tidak hanya dalam bentuk jumlah uang, tapi juga bertambah dalam bentuk persentase dari total pendapatan. Untuk lebih jelasnya, hubungan antara pendapatan, konsumsi, dan tabungan akan dijelaskan dengan tabel berikut.
Tabel 1. Hubungan pendapatan, konsumsi, dan tabungan (dalam ribuan rupiah)
No.
Pendapatan
(Y)
Konsumsi
(C)
Tabungan
(S)
Bagian
Konsumsi
C/Y
Bagian
Tabungan
S/Y
1.
300
300
0
100%
0%
2.
350
350
0
100%
0%
3.
400
370
30
93%
7%
4.
450
400
50
89%
11%
5.
500
425
75
85%
15%
6.
550
455
95
83%
17%
7.
600
485
115
81%
19%
8.
1050
520
530
50%
50%
9.
1200
580
620
48%
52%
10.
1450
600
850
41%
59%
11.
2600
750
1850
29%
71%
12.
4850
1050
3800
22%
78%

Dari tabel di atas diketahui suatu keluarga dengan pendapatan Rp 300.000 akan menghabiskan seluruh pendapatannya untuk konsumsi. Ketika pendapatan naik menjadi Rp 350.000, keluarga tersebut juga menghabiskannya untuk konsumsi. Saat pendapatan menjadi Rp 400.000 barulah keluarga tersebut mampu menabung sebesar Rp 30.000. Demikian seterusnya, semakin bertambah pendapatan, bagian pendapatan yang digunakan untuk konsumsi akan semakin berkurang. Adapun bagian pendapatan yang digunakan untuk tabungan menjadi semakin bertambah.
Dan bila kalian perhatikan secara teliti, tampak bahwa bagian pendapatan yang digunakan untuk tabungan tidak hanya bertambah dalam bentuk kuantitas atau jumlah (dari Rp 0,- sampai dengan Rp 3.800.000,-) tapi juga bertambah dalam bentuk persentase (dari 0% sampai dengan 78%).

2. Menurut Keynes
Bila dikatakan dengan pendapatan, konsumsi adalah bagian pendapatan yang dibelanjakan untuk kebutuhan konsumsi. Adapun tabungan adalah bagian pendapatan yang disimpan atau tidak dibelanjakan. Oleh karena itu, besar pendapatan sama dengan besar konsumsi ditambah besar tabungan.
Bisa ditulis Y = C + S
Keterangan :
Y = pendapatan          C = konsumsi            S = tabungan
Keynes seorang ahli ekonomi, mengemukakan bahwa “Setiap pertambahan pendapatan akan menyebabkan pertambahan konsumsi dan pertambahan tabungan”.
Bisa ditulis :
∆Y = ∆C + ∆S
Keterangan :
∆Y = pertambahan pendapatan        ∆C = pertambahan konsumsi          ∆S = pertambahan tabungan

Untuk memahami rumus tersebut, perhatikan contoh berikut.
Contoh Soal 1 :
Andini memiliki pendapatan Rp1.000.000,- Dibelanjakan untuk konsumsi Rp700.000,- Berapakah tabungan Andini?
Pembahasan :
Tabungan Andini = S
=> Y = C + S
Rp 1.000.000,- = Rp 700.000,- + S
S = Rp 1.000.000,- – Rp 700.000,-
S = Rp 300.000,-
Jadi, tabungan Andini adalah Rp300.000,-

Contoh Soal 2 :
Ketika pendapatan Dani Rp 600.000,-, jumlah konsumsinya Rp 400.000,- dan tabungannya Rp 200.000,-. Ketika pendapatan naik menjadi Rp 1.000.000,-, jumlah konsumsinya Rp 700.000,- dan tabungan Rp 300.000,-.
a. Berapakah pertambahan pendapatan (∆Y)?
b. Berapakah pertambahan konsumsi (∆C)?
c. Berapakah pertambahan tabungan ( S)?
d. Buktikanlah bahwa DY = DC + DS
Pembahasan :
a. ∆Y = Rp 1.000.000,- – Rp 600.000,- = Rp 400.000,-
b. ∆C = Rp 700.000,- – Rp 400.000,- = Rp 300.000,-
c. ∆S = Rp 300.000,- – Rp 200.000,- = Rp 100.000,-
d. ∆Y = C + DS 
↔ Rp400.000,- = Rp300.000,- + Rp100.000,-
Jadi, terbukti bahwa DY = DC + DS

3. Menurut Gossen
Umumnya konsumen akan berusaha memenuhi atau memuaskan semua kebutuhannya sebaik mungkin, baik secara vertikal maupun horizontal. Pemuasan kebutuhan secara vertikal adalah pemuasan kebutuhan terhadap satu jenis barang, sedangkan pemuasan horizontal adalah pemuasan kebutuhan pada berbagai jenis barang.
Sikap manusia dalam mengonsumsi barang diterangkan oleh Herman Heinrich Gossen, seorang ahli ekonomi Jerman dengan hukumnya sebagai berikut.
Jumlah gelas yang diminum
Guna Total (Total utility)
Guna Marginal (Marginal utility)
0
0
0
1
30
30
2
50
20
3
65
15
4
65
0
5
55
–10
6
55
–20

Hukum Gossen I yang disebut Hukum Guna Marginal yang Terus Menurun: “Bila jumlah barang yang dikonsumsi pada waktu tertentu terus ditambah, maka guna total yang diperoleh akan bertambah, tetapi guna marginal akan semakin berkurang. Bahkan bila konsumsi terus dilakukan, guna total akan menurun dan guna marginal menjadi nol, bahkan di bawah nol.”
Hukum tersebut bisa dijelaskan dengan tabel dan keterangan berikut.
Keterangan:
a. Guna total (total utility) adalah seluruh guna yang diperoleh saat mengonsumsi sejumlah barang
b. Guna marginal (marginal utility) adalah tambahan guna yang disebabkan adanya tambahan barang yang dikonsumsi.
c. Utility di sini diartikan sebagai guna.
Berdasar tabel di atas, diceritakan seseorang sedang menikmati es jus pada siang yang panas. Saat minum jus gelas pertama orang tersebut merasakan guna yang amat besar. Karena merasa nikmat, dia minum jus gelas kedua, ketiga, dan seterusnya.
a. Minum jus gelas pertama memberikan guna total 30 dan guna marginal 30 (30-0).
b. Minum jus gelas kedua memberikan guna total 50 dan guna marginal 20 (50-30).
c. Minum jus gelas ketiga memberikan guna total 65 dan guna marginal 15 (65-50).
d. Minum jus gelas keempat memberikan guna total 65 dan guna marginal 0 (65–65).
e. Minum jus gelas kelima memberikan guna total 55 dan guna marginal – 10 (55–65).
f. Minum jus gelas keenam memberikan guna total 35 dan guna marginal –20 (35–55).
Jadi, memang betul bila kebutuhan pada barang dipuaskan secara terus-menerus, awalnya akan memberikan guna total yang semakin bertambah (mulai 30, naik menjadi 50, naik lagi menjadi 65), tetapi guna marginal yang didapat akan semakin menurun (dari 30 turun menjadi 20, turun lagi menjadi 15).
Kemudian mulai titik tertentu, guna total yang didapat juga mulai berkurang (yaitu mulai titik 65) sehingga guna marginal yang diperoleh juga semakin berkurang (menjadi 0, lalu turun lagi menjadi –10, dan seterusnya). Apabila tabel itu dilukiskan dalam bentuk kurva, akan tampak sebagai berikut:
Description: Kurva guna total dan guna marginal
Gambar 1. Kurva guna total dan guna marginal.

Dari kurva guna total terlihat bahwa guna total akan naik terus sampai pada titik tertentu, kemudian menurun. Dari kurva guna marginal tampak bahwa guna marginal semakin lama menurun sampai titik nol dan bahkan di bawah nol.
Hukum Gossen I disebut pula Hukum Guna Vertikal karena hanya membahas pemuasan terhadap satu barang saja. Setelah membahas hukum Gossen I, berikut kita bahas Hukum Gossen II yang berbunyi: “Manusia akan berusaha memenuhi bermacam-macam kebutuhannya sampai pada tingkat intensitas yang sama.”
Contohnya: bila kita memiliki sejumlah uang, kita cenderung menggunakan uang tersebut untuk membeli bermacam-macam barang dan jasa, sehingga semua kebutuhan kita dapat terpenuhi secara seimbang. Hukum Gossen II disebut pula Hukum Guna Horizontal karena membahas pemuasan terhadap bermacam-macam barang.
“Hukum tambahan hasil yang semakin berkurang” (Law of Deminishing Return)oleh David Ricardo dalam bukunya “Principles of Political Economic and Taxation”.
Bunyi : ”Kalau ada (paling sedikit) satu input yang tetap (misalnya, tanah atau modal) dikombinasikan dengan satu  input variabel (misalnya, tenaga kerja) yang setiap kali ditambah satu unit, maka output akan ikut bertambah juga, mula-mula dengan tingkat pertambahan yang lebih dari proporsional(increasing return), tetapi mulai waktu tertentu tambahan hasil (produk marginal) akan menjadi kurang dari proporsional (deminishing return)”.

Peran Konsumen.
·         Menyediakan faktor-faktor produksi bagi produsen. Hal ini dapat berupa faktor-faktor produksi misalkan uang, tanah, tenaga kerja dan modal.
·        Sebagai penerima imbalan jasa dari penggunaaan faktor-faktor produksi.
·        Konsumen sebagai pemakai, mengurangi dan menghabiskan barang dan jasa dalam rangka memenuhi kebutuhan untuk mempertahankan hidup. Dalam hal ini konsumen berperan sebagai pemakai barang-barang produksi.
·        Sebagai penyalur barang dan jasa. Dalam hal ini konsumen berperan sebagai distributor. Misalkan ketika berpergian seseorang membeli barang-barang khas dari daerah yang dituju sebagai buah tangan.
·        Membayar pajak kepada pemerintah atau negara. Misalkan pajak pertambahan nilai sebuah barang dibebankan sebagian kepada konsumen.
Peran Produsen
·        Penghasil barang dan jasa.
·        Konsumen jasa-jasa produkstif dari konsumen, berupa tenaga kerja, usaha, tanah untuk modal dan tenaga ahli sebagai pemimpin perusahaan
·        Membayar jasa-jasa atas penggunaan faktor-faktor produksi kepada konsumen berupa pembayaran upah dan sewa.
·        Mengelola faktor-faktor produksi dan melakukan kegiatan produksi barang dan jasa.
·        Agen pembangunan. Setiap perusahaan tidak hanya mengejar keuntungan bagi pemilik modal tetapi bertanggung jawab atas kesejahteraan karyawan pada khususnya dan masyarakat pada umumnya.
·        Menerima pendapatan atas penjualan barang dan jasa yang telah diproduksi.

·        Membayar pajak kepada negara. Seperti konsume, pajak juga dibebankan sebagian kepada produsen sebagai kompensasi kepada negara.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar