PERILAKU
KONSUMEN DAN PRODUSEN
a.
Manfaat dan nilai suatu barang
Kegunaan adalah
kemampuan benda untuk memenuhi kebutuhan manusia.
Macam-macam kegunaan
benda :
1. Kegunaan
dasar (element utility), yaitu benda memiliki kegunaan karena dapat
dipakai untuk membuat barang lain.
Contoh :
· Tebu
sebagai bahan pembuat gula
· Kapas
sebagai bahan pembuat benang
2. Kegunaan
bentuk (form utility), yaitu benda memiliki kegunaan bila diubah
menjadi bentuk lain.
Contoh :
· Kayu
diubah menjadi kursi
· Kain
diubah menjadi baju
3. Kegunaan
tempat (place utility), yaitu benda memiliki kegunaan bila dipindah
ketempat lain.
Contoh :
· Batu
di gunung diangkut ke kota sebagai bahan bangunan
· Pasir
di desa diangkut ke kota sebagai bahan bangunan
4. Kegunaan
waktu (time utility), yaitu benda memiliki kegunaan bila terjadi
perubahan waktu
Contoh :
· Payung
dan jas hujan menjadi berguna pada saat turun hujan
· Obat
menjadi berguna pada saat jatuh sakit
· Baju
hangat menjadi berguna pada saat musin dingin
5. Kegunaan
milik (ownership utility), yaitu benda memiliki kegunaan bila terjadi
perubahan hal milik
Contoh :
· Ikan
di laut menjadi berguna setelah ditangkap (dimiliki)
· Buku
di toko menjadi berguna setelah dibeli (dimiliki)
6. Kegunaan
pelayanan (service utility), yaitu barang memiliki kegunaan bila ada
pelayanan yang diberikan
Contoh :
· Televisi
menjadi berguna bila ada siaran
· Angkutan
umum menjadi berguna bila dijalankan
Nilai
adalah arti yang diberikan manusia terhadap benda karena benda tersebut dapat
dipakai untuk memenuhi kebutuhan manusia atau dapat ditukarkan dengan benda
lain.
Dalam ekonomi, nilai
dapat dibedakan menjadi 2, yaitu :
1. Nilai
pakai adalah nilai yang diberikan kepada suatu benda karena benda tersebut
dapat dipakai untuk memenuhi kebutuhan manusia.
Nilai pakai terdiri
atas :
a. Nilai
pakai objektif, yaitu kemampuan yang dimiliki benda karena benda tersebut dapat
memenuhi kebutuhan secara umum. (Catatan : nilai pakai objektif = kegunaan/
utilitas)
Contoh :
· Payung
dapat dipakai untuk melindungi badan dari hujan
b. Nilai
pakai subjektif, yaitu arti yang diberikan kepada benda karena benda tersebut
dapat dipakai untuk memenuhi kebutuhannya secara khusus.
Contoh :
· Raket
mempunyai nilai pakai yang lebih besar bagi pemain bulutangkis daripada bagi
petani
· Jala
mempunyai nilai pakai yang lebih besar bagi nelayan daripada bagi dokter
2. Nilai
tukar adalah nilai yang diberikan kepada suatu benda karena benda tersebut
dapat ditukar dengan benda lain
a. Nilai
tukar objektif, yaitu kemampuan yang dimiliki benda karena benda tersebut dapat
ditukar dengan benda yang lain yang berlaku secara umum.
Contoh :
· Beras
dapat ditukar dengan sejumlah jagung
· Uang
dapat ditukar dengan gula atau dengan barang lain
b. Nilai
tukar subjektif, yaitu arti yang diberikan kepada benda karena benda tersebut
dapat ditukar dengan benda lain
Contoh :
· Menurut
pemain bulutangkis, raket dapat ditukarkan dengan RP 400.000,-. Tapi menurut
petani, raket hanta dapat ditukar dengan uang Rp 20.000,-
· Menurut
kolektor barang antik, sebuah meja kuno Belanda dapat ditukar dengan uang Rp
10.000.000,-, tapi menurut seorang nelayan meja tersebut hanya dapat ditukar dengan
uang Rp 100.000,-
b. Perilaku
konsumen dan produsen
A. Perilaku
konsumen
1. Pengertian
konsumsi
Konsumsi adalah
kegiatan manusia yang mengurangi atau menghabiskan guna barang atau jasa yang
ditujukan langsung untuk memenuhi kebutuhan hidupnya
2. Tujuan
konsumsi
a. Memenuhi
kebutuhan jasmani/ fisik, contoh : makan, minum, disuntik, dll
b. Memenuhi
kebutuhan rohani, contoh : menyaksikan hiburan, meminta petunjuk ulama, dll
c. Mendapat
penghargaan dari orang lain
3. Pola
konsumsi
Adalah susunan
kebutuhan seseorang terhadap barang dan jasa yang akan dikonsumsi dalam jangka
waktu tertentu, yang dipenuhi dari pendapatannya.
Faktor-faktor yang
mempengaruhi pola konsumsi seseorang :
a. Pendapatan
b. Tingkat
pendidikan/ pengetahuan
c. Kondisi
tempat tinggal iklim
d. Jenis
pekerjaan
e. Tingkat
peradaban bangsa
f. Kebiasaan
dan kondisi sosial budaya masyarakat
g. Tinggi
rendahnya harga barang dan jasa
h. Selera
yang sedang berkembang di masyarakat
Ada
2 macam pendekatan didalam teori perilaku konsumen yaitu Pendekatan Kardinal
dan Pendekatan Ordinal .
Pendekatan
Kardinal
disebut juga dengan pendekatan marginal itulity .Pendekatan kardinal
dalam analisis konsumen didasarkan pada asumsi bahwa tingkat kepuasan yang
diperoleh konsumen dari konsumsi suatu barang dapat diukur dengan satuan
tertentu seperti uang , jumlah atau buah . Semakin besar jumlah barang yang
dikonsumsi , semakin besar pula tingkat kepuasaan konsumen . Konsumen yang
relasional akan berusaha memaksimumkan kepuasaanya dengan pendapatan yang lebih
.Tingkat kepuasan konsumen terdiri dari dua konsep yaitu kepuasan total (total
utility) dan kepuasan tambahan (marginal utility). Kepuasan total adalah
kepuasan menyeluruh yang diterima oleh individu dari mengkonsumsi sejumlah
barang atau jasa. Sedangkan kepuasan tambahan adalah perubahan total per unit
dengan adanya perubahan jumlah barang atau jasa yang dikonsumi
Pendekatan
Ordinal
Pendekatan
ordinal menyatakan bahwa kepuasan tidak dapat diukur melainkan hanya dapat
dibandingkan. Dalam pendekatan ordinal ini, kita akan mengenal konsep sebagai
berikut : Garis Anggaran ( Budget Line ) Kurva yang menggambarkan kombinasi
dari dua macam barang yang dikonsumsi yang menghabiskan anggaran yang sama.
Kurva Indiferens ( Indifference Curve ) Kurva yang menggambarkan kombinasi dari
dua macam barang yang dikonsumsi yang menghabiskan anggaran yang sama.
Mendasarkan
pada asumsi bahwa kepuasan tidak bisa dikuantitatifkan dan antara satu konsumen
dengan konsumen yang lain akan mempunyai tingkat kepuasan yang berbeda dalam
mengkonsumsi barang dalam jumlah dan jenis yang sama. Oleh karena itu kemudian
muncul pendekatan ordinary yang menunjukkan tingkat kepuasan mengkonsumsi
barang dalam model kurva indifferent. Pendekatan ordinal berdasarkan
pembandingan sesuatu barang dengan barang yang lain, lalu memberikan urutan
dari hasil pembandingan tersebut. Contoh penggunaan metode ordinal antara lain
dalam suatu lomba atau kejuaraan, pengukuran indeks prestasi dan pengukuran
yang sifatnya kualitatatif misalnya bagus, sangat bagus, paling bagus.
Kelemahan
pendekatan kardinal terletak pada anggapan yang digunakan bahwa kepuasan
konsumen dari mengkonsumsi barang dapat diukur dengan satuan kepuasan. Pada
kenyataannya pengukuran semacam ini sulit dilakukan. Pendekatan ordinal
mengukur kepuasan konsumen dengan angka ordinal (relatif).Tingkat kepuasan
konsumen dengan menggunakan kurva indiferens(kurva yg menunjukkan tingkat
kombinasi jumlah barang yang dikonsumsi yang menghasilkan tingkat kepuasan yang
sama).
A. Kurva
Indiferensi ( Indiference Curve )
Menurut
Teori Ordinal, kegunaan tidak dapat dihitung tetapi hanya dapat dibandingkan,
sebagaimana kita menilai kecantikan atau kepandaian seseorang. Untuk
menjelaskan pendapatnya, Teori Ordinal menggunakan kurva indiferensi
(indiferensi curve). Kurva indiferensi adalah kurva yang menunjukkan berbagai
kombinasi konsumsi dua macam barang yang memberika tingkat kepuasan yang sama
bagi seorang konsumen. Suatu kurva indiferensi atau sekumpulan kurva
indiferensi (yang disebut peta indiferensi atau indifference map), dihadapi
oleh hanya seorang konsumen.
Ciri-ciri kurva
indiferens:
a) Berlereng/
slope negatif. Hal ini menunjukkan apabila dia ingin mengkonsumsi barang X
lebih banyak maka harus mengorbankan konsumsi terhadap barang Y
b) Cembung
ke titik Origin ( Convex ) . Derajat penggantian antar barang konsumsi semakin
menurun. Hal ini masih berkaitan dengan hukum Gossen, di mana apabila pada
titik tertentu semakin banyak mengkonsumsi barang X akan mengakibatkan
kehilangan atas barang X tidak begitu berarti dan sebaliknya atas barang Y
c) Tidak
saling berpotongan. Ini berakitan dengan asumsi bahwa masing – masing kurva
indiferent menunjukkan tingkat kepuasan yang sama. Dengan pengertian apabila A
= B dan A = C maka otomatis C = B padahal yang terjadi tidak demikian.
d) Semakin
ke kanan menunjukkan tingkat kepuasan yang semakin tinggi. Ketika kurva
bergeser ke kanan akan menunjukkan kombinasi barang X dan Y yang bisa
dikonsumsi oleh seseorang semakin banyak. Hal inilah yang menyebabkan semakin
bertambahnya kepuasan dengan pergeseran kurva ke kanan.
B. Kurva
Garis Anggaran ( Budget Line Curve )
Garis
Anggaran (budget line) adalah kurva yang menunjukkan kombinasi konsumsi dua
macam barang yang membutuhkan biaya (anggaran) yang sama besar. Misalnya garis
anggaran dinotasikan sebagai BL, sedangkan harga sebagai P ( Px untuk X dan Py
untuk Y ) dan jumlah barang yang dikonsumsi adalah Q ( Qx untuk X dan Qy untuk
Y ), maka: BL = Px.Qx + Py.Qy.
Persamaan
Kardinal dan Ordinal:
Persamaan
kardinal dan ordinal yaitu sama-sama menjelaskan tindakan konsumen dalam
mengkonsumsi barang-barang yang harganya tertentu dengan pendapatan konsumen
yang tertentu pula agar konsumen mencapai tujuannya (maximum utility)
Perbedaan
kardinal dan Odinal :
Pandangan antara
besarnya utility menganggap bahwa besarnya utiliti dapat dinyatakan dalam angka
atau bilangan. Sedangkan analisis ordinal besarnya utility dapat
dinyatakan.dalam bilangan atau angka. Analisis kardinal mengunakan alat
analisis yang dinamakan marginal utiliy(pendekatan marginal). Sedangkan
analisis ordinal menggunakan analisis indifferent curve atau kurva kepuasan
sama .
B. Perilaku
produsen
1. Pengertian
produksi
Adalah setiap
kegiatan atau usaha manusia untuk menghasilkan atau menambah guna barang dan
jasa.
2. Tujuan
produksi
a. Memenuhi
kebutuhan manusia
b. Mencari
keuntungan atau laba
c. Menjaga
kelangsungan hidup perusahaan
d. Meningkatkan
mutu dan jumlah produksi
e. Mengganti
barang-barang yang aus dan rusak karena dipakai atau karena bencana alam.
3. Bidang-bidang
produksi
a. Bidang
ekstraktif, yaitu produksi yang memungut langsung hasil yang disediakan alam
tanpa melakukan pengolahan lebih lanjut. Seperti : pertambangan, penangkapan
ikan.
b. Bidang
agraris, yaitu produksi yang mengolah alam untuk memelihara tanaman dan hewan.
Seperti : pertanian, perkebunan, peternakan.
c. Bidang
industri, yaitu produksi yang mengolah :
1) Bahan
mentah menjadi barang jadi
Contoh : kedelai
diolah menjadi tempe
2) Bahan
mentah menjadi barang setengah jadi
Contoh : kapas diolah
menjadi benang pintalan
3) Bahan
setengah jadi menjadi barang setengah jadi
Contoh : pintalan
benang diolah menjadi kain
4) Bahan
setengah jadi menjadi barang jadi
Contoh : kain diolah
menjadi pakaian
d. Bidang
perdagangan, yaitu produksi yang mengumpulkan dan menjual kembali hasil
produksi kepada yang memerlukan untuk memperoleh keuntungan. Seperti : toko,
supermarket, kios.
e. Bidang
jasa, yaitu produksi yang membantu dan memperlancar proses produksi tanpa ikut
membuat barang itu sendiri. Jadi, bidang produksi jasa tidak menghasilkan
barang melainkan hanya menghasilkan jasa.
Contoh : perbankan,
angkutan, asuransi.
4. Tingkatan
produksi
a. Primer,
yaitu produksi yang menghasilkan bahan-bahan dasar yang bisa langsung
dikonsumsi atau yang akan digunakan dalam proses produksi selanjutnya. Bidang
produksi ekstraktif dan agraris merupakan tingkat primer.
b. Sekunder,
yaitu produksi yang mengolah bahan-bahan dasar yang dihasilkan oleh tingkat
produksi primer. Bidang produksi industri merupakan tingkat produksi sekunder.
c. Tersier,
yaitu produksi yang bersifat memperlancar proses produksi dan menyalurkan hasil
produksi. Bidang produksi perdagangan dan jasa merupakan produksi tingkat
tersier.
5. Faktor-faktor
produksi
a. Faktor
produksi alam, yaitu faktor produksi yang disediakan oleh alam, meliputi tanah,
kekayaan hutan, kekayaan laut, air, iklim, dll.
b. Faktor
produksi tenaga kerja, yaitu faktor produksi yang berupa tenaga kerja manusia.
Berdasarkan sifatnya,
faktor produksi tenaga kerja dibagi :
1) Tenaga
kerja jasmani, yaitu kegiatan kerja yang lebih banyak menggunakan kekuatan
jasmani/ fisik. Contoh : tukang, buruh angkut
2) Tenaga
kerja rohani, yaitu kegiatan kerja yang lebih banyak menggunakan kekuatan
pikiran/ otak. Contoh : menteri, guru, direktur.
Berdasarkan
kemampuan, faktor produksi tenaga kerja dibagi :
1) Tenaga
kerja terdidik (skilled labour), yaitu tenaga kerja yang memerlukan
pendidikan khusus dan teratur. Contoh : dokter, guru, akuntan.
2) Tenaga
kerja terlatih (trained labour), yaitu tenaga kerja yang memerlukan
latihan-latihan dan pengalaman. Contoh : montir, sopir, koki.
3) Tenaga
kerja tidak terdidik dan tidak terlatih (unskilled and untrained labour),
yaitu tenaga kerja yang tidak memerlukan pendidikan dan latihan. Contoh :
tukang, kuli, pemulung.
c. Faktor
produksi modal, yaitu semua hasil produksi yang berupa benda yang diciptakan
untuk menghasilkan barang atau jasa yang lain. Contoh : mesin-mesin, cangkul,
bensin, solar, bahan baku, dll.
Berdasarkan sifat,
modal dibagi menjadi :
1) Modal
tetap, yaitu modal yang dapat digunakan lebih dari satu kali proses produksi.
Contoh : mesin-mesin, bangunan, kendaraan.
2) Modal
lancar, yaitu modal yang hanya dapat digunakan/ habis dalam satu kali proses
produksi. Contoh : bensin, solar, bahan baku seperti kapas untuk pembuatan
benang.
Berdasarkan fungsi,
modal dibagi menjadi :
1) Modal
masyarakat, yaitu modal yang dipakai dalam proses produksi dan berguna bagi
masyarakat. Contoh : jembatan, jalan, kendaraan umum.
2) Modal
perorangan/ individu, yaitu modal yang dimiliki seseorang dan menjadi sumber
penghasilan bagi orang tersebut. Contoh : rumah yang dikontrakkan, mobil yang
disewakan.
Berdasarkan bentuk,
modal dibagi menjadi :
1) Modal
nyata, yaitu modal yang dapat dilihat berupa benda-benda, terdiri atas modal
barang dan modal uang. Contoh : mesin, bangunan, kendaraan.
2) Modal
abstrak, yaitu modal yang tidak dapat dilihat tapi sangat penting bagi jalannya
proses produksi. Contoh : nama baik perusahaan (good will), hak
cipta, hak paten, lokasi perusahaan.
Berdasarkan sumber,
modal dibagi menjadi :
1) Modal
sendiri, yaitu modal yang berasal dari perusahaan sendiri. Contoh : modal
setoran dari pemilik.
2) Modal
asing, yaitu modal yang berasal dari pihak lain dan sebagainya.
d. Faktor
produksi pengusaha kewirausahaan
Adalah kemampuan yang
dimiliki seseorang untuk mengorganisasi/ mengatur dan mengkombinasikan faktor
produksi alam, tenaga kerja, dan modal. Agar produksi dapat berjalan lancar,
seorang pengusaha hendaknya memiliki keahlian :
1) Keahlian
manajerial (managerial skill), yaitu keahlian dalam mengelola
faktor-faktor produksi dengan menggunakan cara-cara yang tepat sehingga
diperoleh hasil maksimal.
2) Keahlian
teknologi (tecnological skill), yaitu keahlian khusus yang bersifat teknik
yang bisa digunakan demi keberhasilan produksi.
3) Keahlian
organisasi (organizational skill), yaitu keahlian mengatur berbagai
kegiatan perusahaan yang bersifat intern maupun ekstern.
6. Proses
produksi
Proses produksi
adalah tahap-tahap yang harus dilalui dalam memproduksi barang atau jasa.
Dilihat dari caranya, proses produksi dapat digolongkan menjadi empat macam :
a. Proses
produksi pendek, yaitu proses produksi yang pendek/ cepat dan langsung
menghasilkan barang atau jasa yang bisa dinikmati konsumen. Contoh : proses
produksi makanan, seperti singkong goreng, ptsang goreng.
b. Proses
produksi panjang, yaitu proses produksi yang memakan waktu lama. Contoh :
proses produksi menanam padi dan membuat rumah.
c. Proses
terus-menerus/ kontinu, yaitu proses produksi yang mengolah bahan-bahan secara
berurutan melalui beberapa tahap pengerjaan sampai menjadi barang jadi. Contoh
: proses produksi gula, kertas.
d. Proses
produksi berselingan/ intermitten, yaitu proses produksi yang
mengolah bahan-bahan dengan cara menggabungkannya menjadi barang jadi. Misalnya
pada proses produksi mobil. Ada bagian yang membuat kerangka, ada bagian yang
membuat setir, ada bagian yang membuat ban, kaca, dll. Setelah setiap bagian
selesai dengan kerjanya, hasilnya digabungkan menjadi mobil.
7. Perluasan
produksi
Perluasan produksi
adalah usaha untuk meningkatkan atau menambah kuantitas (jumlah) dan kualitas
(mutu) barang dan jasa yang dihasilkan melalui beberapa cara.
Cara-cara perluasan
produksi meliputi :
a. Ekstensifikasi,
yaitu perluasan produksi dengan cara menambah faktor produksi. Contoh :
menambah mesin, mendirikan pabrik baru, membuka lahan baru.
b. Intensifikasi,
yaitu perluasan produksi dengan cara memperbesar kemampuan berproduksi dari
faktor produksi yang sudah ada, tanpa menambah jumlah faktor produksi. Contoh :
untuk meningkatkan hasil pertanian dilakukan dengan cara memilih bibit yang
unggul, memperbaiki pengairan, memberi pupuk dengan teratur.
c. Diversifkasi,
yaitu perluasan produksi dengan cara menambah jenis produksi. Contoh : awalnya
satu pabrik hanya memproduksi kertas, kemudian pabrik tersebut memproduksi buku
gambar, buku tulis dan buku berpetak.
d. Normalisasi,
yaitu perluasan produksi dengan cara menambah keragaman dari satu jenis
produksi. Contoh : mula-mula suatu pabrik hanya memproduksi kertas HVS 60 gram
lalu ditambah dengan memproduksi HVS 70 gram dan 80 gram.
e. Spesialisasi,
yaitu perluasan produksi dengan cara mengadakan pembagian kerja. Dengan cara
pembagian kerja, kualitas barang yang dihasilkan bisa meningkat dan umumnya
kuantitas (jumlah) barang juga ikut meningkat, ini disebabkan karena setiap
pekerjaan dilakukan oleh orang-orang yang memiliki kemampuan di bidangnya.
f. Mekanisasi,
yaitu perluasan produksi dengan cara menggunakan mesin-mesin yang bisa
menghemat waktu dan tenaga, sehingga hasil produksi lebih meningkat baik dari
segi kuantitas maupun kualitasnya.
g. Memberikan
fasilitas dan kemudahan, yaitu perluasan produksi yang dilakukan pemerintah
sebagai suatu kebijakan umum, diantaranya dengan cara pemberian kredit bagi usaha
kecil dan menengah, deregulasi (penyederhanaan peraturan), debirokratisasi
(penyederhanaan mekanisme perizinan), mengadakan kursus-kursus peningkatan
keterampilan kerja.
Mankiw
(2006) mengatakan bahwa Batas Kemungkinan-kemungkinan
Produksi (Production Possibilities Frontiers) merupakan grafik yang memperlihatkan kombinasi
hasil produksi yang beraneka ragam yang dapat dihasilkan suatu perekonomian
dengan ketersediaan faktor-faktor produksi dan teknologi produksi yang dapat
digunakan oleh perusahaan untuk merubah faktor-faktor produksi menjadi
hasil-hasil produksi.
Berdasarkan
pengertian di atas dapat diketahui bahwa Production Possibilities
Frontiers menunjukkan berbagai kombinasi hasil-hasil produksi yang mungkin
dapat dihasilkan oleh suatu perekonomian. Berbagai kemunginan kombinasi
tersebut ditampilkan dalam sebuah grafik (kurva).
Adapun
contoh kurva kemungkinan-kemungkinan produksi (Production Possibilities Curve)
adalah sebagai berikut:
Keterangan:
Gambar
tersebut di atas menjelaskan batas kemungkinan-kemungkinan produksi barang
konsumen (consumer goods) dengan barang modal (capital goods). Dalam kasus ini,
apabila semua sumber daya digunakan untuk memproduksi capital goods, maka
akan menghasilkan 3000 unit capital goods. Sebaliknya, apabila semua
sumber daya digunakan untuk memproduksi consumer goods, maka akan
menghasilkan 3000 unit consumer goods.
Contoh tersebut merupakan contoh kasus yang ekstrim. Namun apabila seorang produsen ingin membagi-bagi antara capital goods dengan consumer goods, produsen tersebut bisa memilih di titik C maupun D. Di titik C produsen bisa menghasilkan 2500 unit capital goods dan 1500 unit consumer goods.
Sedangkan untuk tingkat produksi di titik F adalah titik yang diinginkan oleh produsen karena menghasilkan lebih banyak dari kedua jenis barang. Namun hal tersebut tidak mungkin diperoleh karena sumber-sumber dayanya kurang.
Dengan kata lain, produsen bisa memproduksi di setiap titik pada atau dalam batas kemungkinan-kemungkinan produksi, namun tidak dapat memproduksi di titik manapun di luar batas itu.
Sebuah hasil dikatakan efisien apabila perekonomian mendapatkan apa yang bisa didapat dari sumber-sumber daya yang tersedia. Titik-titik pada batas kemungkinan (yang terletak pada kurva: titik C dan D) menggambarkan tingkat-tingkat produksi yang efisien, karena semua sumber daya yang ada dimanfaatkan secara penuh.
Contoh tersebut merupakan contoh kasus yang ekstrim. Namun apabila seorang produsen ingin membagi-bagi antara capital goods dengan consumer goods, produsen tersebut bisa memilih di titik C maupun D. Di titik C produsen bisa menghasilkan 2500 unit capital goods dan 1500 unit consumer goods.
Sedangkan untuk tingkat produksi di titik F adalah titik yang diinginkan oleh produsen karena menghasilkan lebih banyak dari kedua jenis barang. Namun hal tersebut tidak mungkin diperoleh karena sumber-sumber dayanya kurang.
Dengan kata lain, produsen bisa memproduksi di setiap titik pada atau dalam batas kemungkinan-kemungkinan produksi, namun tidak dapat memproduksi di titik manapun di luar batas itu.
Sebuah hasil dikatakan efisien apabila perekonomian mendapatkan apa yang bisa didapat dari sumber-sumber daya yang tersedia. Titik-titik pada batas kemungkinan (yang terletak pada kurva: titik C dan D) menggambarkan tingkat-tingkat produksi yang efisien, karena semua sumber daya yang ada dimanfaatkan secara penuh.
Sedangkan
hasil yang tidak efisien terjadi apabila sumber daya yang ada tidak
dimanfaatkan atau dimanfaatkan secara tidak efisien. Selain itu, masalah
pengangguran yang meluas bisa menjadi salah satu sumber ketidakefisienan
tersebut.
Contoh
titik yang tidak efisien terjadi di dalam kurva, yaitu pada titik H. Apabila
sumber penyebab tidak efisien tersebut dihilangkan, produsen bisa bergerak ke
titik C maupun D.
Trade-Off dan Opportunity Cost
Salah
satu dari sepuluh prinsip pokok ekonomi adalah masyarakat selalu
menghadapi tradeoff (pertukaran). Batas kemungkinan-kemungkinan
produksi (Production Possibilities Frontiers – PPF) menggambarkan
suatu tradeoff yang dihadapi masyarakat.
Mankiw (2006) mengatakan:
Mankiw (2006) mengatakan:
“Sekali
produsen telah mencapai titik efisien pada batas, satu-satunya cara mendapatkan
suatu barang dalam jumlah yang lebih banyak adalah dengan mengurangi jumlah
barang yang lain.”
Misalnya, ketika
produsen bergerak dari titik C ke D, produsen tersebut menghasilkan lebih
banyak consumer goods (dari 1500 unit menjadi 2500 unit), namun
jumlah produksi capital goods harus dikurangi (dari 2500 unit menjadi
1700 unit).
Prinsip
ekonomi yang lain adalah bahwa biaya atas sesuatu adalah apapun yang anda
korbankan untuk mendapatkannya (Mankiw, 2006). Hal inilah yang disebut dengan
biaya kesempatan (opportunity cost). Production Possibilities
Frontiers (PPF) memperlihatkan bahwa biaya kesempatan suatu barang diukur
relatif terhadap barang lainnya.
Ketika
produsen bergerak dari titik C ke D, yang berarti produsen tersebut ingin
mendapatkan tambahan produksi consumer goods sebanyak 1000 unit, maka
800 unit capital goods akan dikorbankan untuk mendapatkan tambahan
1000 unit consumer goods tersebut.
Iso Quant &
Iso Cost
Isokuan
Isokuan sebenarnya
merupakan daftar yang merangkum berbagai alternatif yang tersedia bagi produsen
atau merupakan kendala teknis bagi produsen. Kombinasi mana yang akan dipilih
tergantung pada berapa biaya produksinya (Samsubar Saleh, 2000).
Dalam
jangka panjang, suatu proses produksi adalah jangka waktu dimana semua input
atau faktor produksi yang dipergunakan untuk proses produksi bersifat variabel.
Dengan input variabel, seorang produsen dapat memilih kombinasi input yang
paling menguntungkan untuk menghasilkan output. Demikian pula untuk
menghasilkan suatu jumlah output, karena produsen memiliki banyak alternatif
kombinasi input yang bias dipilih. Misalnya dengan dua macam input yang
bersifat variabel, tenaga kerja dan modal. Untuk memproduksi sejumlah output
tertentu, produsen biasanya menggunakan berbagai kombinasi jumlah input, dan
dapat digambarkan dalam sebuah kurva isokuan.
Kurva
produksi sama (isoquant)
Isoquant menunjukan kombinasi dua macam input yang berbeda yang menghasilkan output yang sama.
Isoquant menunjukan kombinasi dua macam input yang berbeda yang menghasilkan output yang sama.
Ciri-ciri isoquant :
·
Mempunyai
kemiringan negatif.
·
Semakin
ke kanan kedudukan isoquant menunjukkan semakin tinggi jumlah output.
·
Isoquant
tidak pernah berpotongan dengan isoquant yang lainnya.
·
Isoquant
cembung ke titik origin.
Isokos
Suatu unit ekonomi
berusaha untuk meminimumkan biaya, dengan demikian produksi harus menyesuaikannya.
Berbagai kombinasi tenaga kerja dan capital yang membebani perusahaan dengan
biaya dalam jumlah yang sama dinamakan isokos.
Untuk
meminimumkan biaya produksi sejumlah output tertentu, unit kegiatan ekonomi
harus memilih kombinasi input yang membebani biaya minimum (least cost
combination). Kombinasi ini terjadi pada saat garis isokos menyinggung kurva
isokuan atau sama dengan kurva keseimbangan produsen.
Keseimbangan
produsen tercapai apabila kemampuan teknis dan kemampuan ekonomis sama. Isokuan
menggambarkan kemampuan (kendala) produsen secara teknis dan isokos
menggambarkan kemampuan (kendala) produsen secara ekonomis. Maka keseimbangan
produsen dicapai melalui penggabungan kemampuan teknis dan kemampuan ekonomis.
Garis
ongkos sama/ kurva biaya sama (isocost)
Menunjukkan semua kombinasi dua macam input yang dibeli perusahaan dengan pengeluaran total dan harga faktor produksi tertentu.
Menunjukkan semua kombinasi dua macam input yang dibeli perusahaan dengan pengeluaran total dan harga faktor produksi tertentu.
c. Teori
perilaku konsumen (tabel dan grafik)
Teori Perilaku
Konsumen Menurut Para Ahli
1. Menurut
Engel
Engel,
seorang sarjana ekonomi Jerman menyatakan: “Semakin kecil pendapatan, semakin
besar bagian pendapatan itu ditujukan untuk konsumsi. Dan sebaliknya, semakin
besar pendapatan, semakin besar bagian pendapatan itu ditujukan untuk
tabungan.” Oleh karena itu, tidak heran bila orang kaya akan semakin kaya dan
orang miskin menjadi semakin miskin. Karena orang kaya semakin besar
tabungannya, sedangkan orang miskin tidak punya kesempatan menabung, bahkan
mereka harus berutang untuk memenuhi konsumsinya.
Selain
itu, menurut pengalaman di sejumlah negara maju, jumlah tabungan orang kaya
selalu bertambah tidak hanya dalam bentuk jumlah uang, tapi juga bertambah
dalam bentuk persentase dari total pendapatan. Untuk lebih jelasnya, hubungan
antara pendapatan, konsumsi, dan tabungan akan dijelaskan dengan tabel berikut.
Tabel 1. Hubungan
pendapatan, konsumsi, dan tabungan (dalam ribuan rupiah)
No.
|
Pendapatan
(Y)
|
Konsumsi
(C)
|
Tabungan
(S)
|
Bagian
Konsumsi
C/Y
|
Bagian
Tabungan
S/Y
|
1.
|
300
|
300
|
0
|
100%
|
0%
|
2.
|
350
|
350
|
0
|
100%
|
0%
|
3.
|
400
|
370
|
30
|
93%
|
7%
|
4.
|
450
|
400
|
50
|
89%
|
11%
|
5.
|
500
|
425
|
75
|
85%
|
15%
|
6.
|
550
|
455
|
95
|
83%
|
17%
|
7.
|
600
|
485
|
115
|
81%
|
19%
|
8.
|
1050
|
520
|
530
|
50%
|
50%
|
9.
|
1200
|
580
|
620
|
48%
|
52%
|
10.
|
1450
|
600
|
850
|
41%
|
59%
|
11.
|
2600
|
750
|
1850
|
29%
|
71%
|
12.
|
4850
|
1050
|
3800
|
22%
|
78%
|
Dari
tabel di atas diketahui suatu keluarga dengan pendapatan Rp 300.000 akan
menghabiskan seluruh pendapatannya untuk konsumsi. Ketika pendapatan naik
menjadi Rp 350.000, keluarga tersebut juga menghabiskannya untuk konsumsi. Saat
pendapatan menjadi Rp 400.000 barulah keluarga tersebut mampu menabung sebesar
Rp 30.000. Demikian seterusnya, semakin bertambah pendapatan, bagian pendapatan
yang digunakan untuk konsumsi akan semakin berkurang. Adapun bagian pendapatan
yang digunakan untuk tabungan menjadi semakin bertambah.
Dan
bila kalian perhatikan secara teliti, tampak bahwa bagian pendapatan yang
digunakan untuk tabungan tidak hanya bertambah dalam bentuk kuantitas atau
jumlah (dari Rp 0,- sampai dengan Rp 3.800.000,-) tapi juga bertambah dalam
bentuk persentase (dari 0% sampai dengan 78%).
2. Menurut
Keynes
Bila
dikatakan dengan pendapatan, konsumsi adalah bagian pendapatan yang
dibelanjakan untuk kebutuhan konsumsi. Adapun tabungan adalah bagian pendapatan
yang disimpan atau tidak dibelanjakan. Oleh karena itu, besar pendapatan sama
dengan besar konsumsi ditambah besar tabungan.
Bisa ditulis Y = C +
S
Keterangan :
Y = pendapatan C = konsumsi S = tabungan
Keynes
seorang ahli ekonomi, mengemukakan bahwa “Setiap pertambahan pendapatan akan
menyebabkan pertambahan konsumsi dan pertambahan tabungan”.
Bisa ditulis :
∆Y = ∆C
+ ∆S
Keterangan :
∆Y = pertambahan
pendapatan ∆C = pertambahan
konsumsi ∆S = pertambahan
tabungan
Untuk memahami rumus
tersebut, perhatikan contoh berikut.
Contoh Soal 1 :
Andini memiliki
pendapatan Rp1.000.000,- Dibelanjakan untuk konsumsi Rp700.000,- Berapakah
tabungan Andini?
Pembahasan :
Tabungan Andini = S
=> Y = C + S
Rp 1.000.000,- = Rp
700.000,- + S
S = Rp 1.000.000,- –
Rp 700.000,-
S = Rp 300.000,-
Jadi, tabungan Andini
adalah Rp300.000,-
Contoh Soal 2 :
Ketika pendapatan
Dani Rp 600.000,-, jumlah konsumsinya Rp 400.000,- dan tabungannya Rp
200.000,-. Ketika pendapatan naik menjadi Rp 1.000.000,-, jumlah konsumsinya Rp
700.000,- dan tabungan Rp 300.000,-.
a. Berapakah
pertambahan pendapatan (∆Y)?
b. Berapakah
pertambahan konsumsi (∆C)?
c. Berapakah
pertambahan tabungan ( S)?
d. Buktikanlah bahwa
DY = DC + DS
Pembahasan :
a. ∆Y = Rp
1.000.000,- – Rp 600.000,- = Rp 400.000,-
b. ∆C = Rp
700.000,- – Rp 400.000,- = Rp 300.000,-
c. ∆S = Rp
300.000,- – Rp 200.000,- = Rp 100.000,-
d. ∆Y = C +
DS
↔ Rp400.000,- =
Rp300.000,- + Rp100.000,-
Jadi, terbukti bahwa
DY = DC + DS
3. Menurut
Gossen
Umumnya
konsumen akan berusaha memenuhi atau memuaskan semua kebutuhannya sebaik
mungkin, baik secara vertikal maupun horizontal. Pemuasan kebutuhan secara
vertikal adalah pemuasan kebutuhan terhadap satu jenis barang, sedangkan
pemuasan horizontal adalah pemuasan kebutuhan pada berbagai jenis barang.
Sikap
manusia dalam mengonsumsi barang diterangkan oleh Herman Heinrich Gossen,
seorang ahli ekonomi Jerman dengan hukumnya sebagai berikut.
Jumlah gelas yang
diminum
|
Guna Total (Total
utility)
|
Guna Marginal
(Marginal utility)
|
0
|
0
|
0
|
1
|
30
|
30
|
2
|
50
|
20
|
3
|
65
|
15
|
4
|
65
|
0
|
5
|
55
|
–10
|
6
|
55
|
–20
|
Hukum
Gossen I yang disebut Hukum Guna Marginal yang Terus Menurun: “Bila jumlah
barang yang dikonsumsi pada waktu tertentu terus ditambah, maka guna total yang
diperoleh akan bertambah, tetapi guna marginal akan semakin berkurang. Bahkan
bila konsumsi terus dilakukan, guna total akan menurun dan guna marginal menjadi
nol, bahkan di bawah nol.”
Hukum tersebut bisa
dijelaskan dengan tabel dan keterangan berikut.
Keterangan:
a. Guna total (total
utility) adalah seluruh guna yang diperoleh saat mengonsumsi sejumlah barang
b. Guna marginal
(marginal utility) adalah tambahan guna yang disebabkan adanya tambahan barang
yang dikonsumsi.
c. Utility di sini
diartikan sebagai guna.
Berdasar
tabel di atas, diceritakan seseorang sedang menikmati es jus pada siang yang
panas. Saat minum jus gelas pertama orang tersebut merasakan guna yang amat
besar. Karena merasa nikmat, dia minum jus gelas kedua, ketiga, dan seterusnya.
a. Minum jus gelas pertama
memberikan guna total 30 dan guna marginal 30 (30-0).
b. Minum jus gelas
kedua memberikan guna total 50 dan guna marginal 20 (50-30).
c. Minum jus gelas
ketiga memberikan guna total 65 dan guna marginal 15 (65-50).
d. Minum jus gelas
keempat memberikan guna total 65 dan guna marginal 0 (65–65).
e. Minum jus gelas
kelima memberikan guna total 55 dan guna marginal – 10 (55–65).
f. Minum jus gelas
keenam memberikan guna total 35 dan guna marginal –20 (35–55).
Jadi,
memang betul bila kebutuhan pada barang dipuaskan secara terus-menerus, awalnya
akan memberikan guna total yang semakin bertambah (mulai 30, naik menjadi 50,
naik lagi menjadi 65), tetapi guna marginal yang didapat akan semakin menurun
(dari 30 turun menjadi 20, turun lagi menjadi 15).
Kemudian
mulai titik tertentu, guna total yang didapat juga mulai berkurang (yaitu mulai
titik 65) sehingga guna marginal yang diperoleh juga semakin berkurang (menjadi
0, lalu turun lagi menjadi –10, dan seterusnya). Apabila tabel itu dilukiskan
dalam bentuk kurva, akan tampak sebagai berikut:
Dari
kurva guna total terlihat bahwa guna total akan naik terus sampai pada titik
tertentu, kemudian menurun. Dari kurva guna marginal tampak bahwa guna marginal
semakin lama menurun sampai titik nol dan bahkan di bawah nol.
Hukum Gossen I
disebut pula Hukum Guna Vertikal karena hanya membahas pemuasan terhadap satu
barang saja. Setelah membahas hukum Gossen I, berikut kita bahas Hukum Gossen
II yang berbunyi: “Manusia akan berusaha memenuhi bermacam-macam kebutuhannya
sampai pada tingkat intensitas yang sama.”
Contohnya:
bila kita memiliki sejumlah uang, kita cenderung menggunakan uang tersebut
untuk membeli bermacam-macam barang dan jasa, sehingga semua kebutuhan kita dapat
terpenuhi secara seimbang. Hukum Gossen II disebut pula Hukum Guna Horizontal
karena membahas pemuasan terhadap bermacam-macam barang.
“Hukum
tambahan hasil yang semakin berkurang” (Law of Deminishing Return)oleh
David Ricardo dalam bukunya “Principles of Political Economic and Taxation”.
Bunyi : ”Kalau ada
(paling sedikit) satu input yang tetap (misalnya, tanah atau modal)
dikombinasikan dengan satu input variabel (misalnya, tenaga
kerja) yang setiap kali ditambah satu unit, maka output akan ikut
bertambah juga, mula-mula dengan tingkat pertambahan yang lebih dari
proporsional(increasing return), tetapi mulai waktu tertentu tambahan
hasil (produk marginal) akan menjadi kurang dari proporsional (deminishing
return)”.
Peran Konsumen.
·
Menyediakan
faktor-faktor produksi bagi produsen. Hal ini dapat berupa faktor-faktor
produksi misalkan uang, tanah, tenaga kerja dan modal.
·
Sebagai
penerima imbalan jasa dari penggunaaan faktor-faktor produksi.
·
Konsumen
sebagai pemakai, mengurangi dan menghabiskan barang dan jasa dalam rangka
memenuhi kebutuhan untuk mempertahankan hidup. Dalam hal ini konsumen berperan
sebagai pemakai barang-barang produksi.
·
Sebagai
penyalur barang dan jasa. Dalam hal ini konsumen berperan sebagai distributor.
Misalkan ketika berpergian seseorang membeli barang-barang khas dari daerah
yang dituju sebagai buah tangan.
·
Membayar
pajak kepada pemerintah atau negara. Misalkan pajak pertambahan nilai
sebuah barang dibebankan sebagian kepada konsumen.
Peran Produsen
·
Penghasil
barang dan jasa.
·
Konsumen
jasa-jasa produkstif dari konsumen, berupa tenaga kerja, usaha, tanah untuk
modal dan tenaga ahli sebagai pemimpin perusahaan
·
Membayar
jasa-jasa atas penggunaan faktor-faktor produksi kepada konsumen berupa
pembayaran upah dan sewa.
·
Mengelola
faktor-faktor produksi dan melakukan kegiatan produksi barang dan jasa.
·
Agen
pembangunan. Setiap perusahaan tidak hanya mengejar keuntungan bagi pemilik
modal tetapi bertanggung jawab atas kesejahteraan karyawan pada khususnya dan
masyarakat pada umumnya.
·
Menerima
pendapatan atas penjualan barang dan jasa yang telah diproduksi.
·
Membayar
pajak kepada negara. Seperti konsume, pajak juga dibebankan sebagian kepada
produsen sebagai kompensasi kepada negara.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar